Siang ini tidak seperti biasanya, suara azan zuhur  berkumandang mendayu-dayu. Menembus relung hati, menyayat, syahdu, dan sendu. Mengaduk-aduk rasa di hati. .
Untuk ke sekian kali di siang hari, azan merdu mendayu  berkumandang dari masjid Darul Falah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta Selatan. Hal ini mendorong saya untuk mengetahui profil bilal tersebut,  Ahmad Ghozali.
Saat ini Ahmad Ghozali adalah siswa kelas X.7 di MAN 4 Jakarta Selatan dalam bimbingan wali kelas ibu Lidya.Â
Sejak kecil  - Ghozali nama panggilannya -  hanya mengenyam pendidikan di sekolah umum yaitu, TK, SD dan SMP. Dia tidak pernah masuk ke institusi pendidikan bernuansa keagamaan apalagi pesantren. Â
Ketika belajar di SMP (SMPN 48 Kebayoran lama- Jakarta Selatan), dia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Tilawah di sekolahnya tersebut. Kegiatan yang dilakukan sepulang sekolah setiap hari kamis ini meliputi menghafal al quran, belajar naghom dalam al quran, sholawat, nasyid, dan. asmaul husna tetapi tidak belajar  irama/lagu azan.Â
Dia belajar cara dan teknik mengumandangkan azan secara otodidak dari  channel Youtube sejak kelas 4 Sekolah Dasar. Channel YouTube yang dilihat pertama kali terkait azan  berasal dari qori terkenal Indonesia, Muamar ZA.
Sejak itu dia secara intensif belajar azan dari berbagai channel YouTube lainnya.Â
Ada beberapa irama azan yang ada diantaranya bayati, shoba, hijaz, rost, nahawand, shika dan Jiharkah. Siang ini dia mengumandangkan azan dengan irama jiharkah.
Dalam bidang seni musik, Jiharkah adalah satu irama dalam musik Arab klasik yang memiliki banyak nuansa dan emosi. Jiharkah telah menjadi bagian penting dari warisan musik Arab yang kaya dan beragam.Â
Lain waktu ketika azan dzuhur jelang salat Jum'at, dia menggunakan perpaduan  lagu/irama antara Kurdi dan kashmir. Betapa merdu suaranya. Mengalun, mendayu mampu mendorong raga untuk menitikkan air mata.