Mohon tunggu...
HERLIN SUSWATI
HERLIN SUSWATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

travelling

Selanjutnya

Tutup

Diary

Wiharti

31 Mei 2024   21:00 Diperbarui: 31 Mei 2024   21:47 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore hari ini adalah hari terakhir Wiharti menyentuhkan jarinya pada aplikasi online terkait kehadiran. Sebagai tanda tuntasnya pengabdian dia mencerdaskan anak bangsa. 

Dok. Wiharti 
Dok. Wiharti 

Besok, 1 Juni 2024, saat sebagian warganegara Indonesia memperingati hari kesaktian pancasila dengan melaksanakan upacara, wiharti bebas merdeka! Tidak ada kewajiban mengikuti upacara.

Dia menulis di salah satu WAG dengan narasi yang menunjukkan antusiasme:

"Alhamdulillah harus disyukuri merdeka...merdeka...merdeka

- Besok tidak ikut upacara bukan berarti tidak cinta NKRI

- Tidak absen pusaka

- Tidak ngentry nilai di simak

- Tidak membuat perangkat

- Tidak membuat SKP

- Tidak membuat soal/ kisi-kisi soal "

Betapa nikmat dia sudah berada pada titik untuk tidak lagi melakukan aktivitas administrasi rutin sebagai seorang pendidik.

Dok. Wiharti 
Dok. Wiharti 

Wiharti adalah salah satu guru mengampu mata pelajaran kimia di  Madrasah Aliyah Negeri (MAN 4) Jakarta Selatan, yang sudah purna bakti.

Lahir di yogyakarta sekitar 60 tahun yang lalu. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 bidang kimia di IKIP Yogyakarta. Dia mulai meniti karir sebagai seorang guru. Mulai dari guru honorer hingga guru tetap (ASN).

Ada satu pengalaman cukup unik yang terjadi ketika dia menjadi guru honorer di salah satu institusi pendidikan yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Jakarta tahun 1995.

Pagi itu gerbang Madrasah sudah ditutup dan dikunci, sebagai tanda bahwa proses kegiatan belajar mengajar akan dimulai. Bagi siapa saja yang terlambat datang dari jadwal yang telah ditentukan maka  tidak dapat melakukan aktifitas di dalam lingkungan Madrasah. Dipersilahkan pulang kembali ke rumah masing-masing.

Wiharti sebagai seorang guru honorer baru di Madrasah tersebut, mempunyai semangat juang yang tinggi untuk mengamalkan ilmunya dan mencerdaskan anak bangsa. Dia hanya terlambat beberapa menit saja namun pintu gerbang sudah terkunci rapat.  Tanpa ragu-ragu dia melompati pagar. Masuk ke dalam madrasah tanpa perlu memikirkan hal selanjutnya yang akan terjadi. 

Niat dan tekadnya sudah kuat, datang ke sekolah untuk mengajar dan mencerdaskan anak bangsa !!! Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi niatnya. Apapun situasinya. Tekad dan niat inilah yang patut dicontoh. Cerita unik sebagai pelajaran yang berharga.

Satu tahun setelah reformasi, tahun 1998, dia menjadi guru tetap /pegawai negeri sipil (PNS) di MAN 4 Jakarta. Hingga masa purna bakti,  tahun 2024

Berbagai liku-liku pengalaman selama menjadi guru telah dialami nya. Totalitas pengabdiannya sebagai seorang guru patut dicontoh. Solidaritas dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama patut ditiru.

Dokpri
Dokpri

Beberapa minggu lalu terdengar kabar bahwa salah satu mantan sekuriti MAN 4 Jakarta Selatan mengalami musibah kebakaran. Rumahnya terimbas kebakaran dari rumah sebelah. Atap 3 rumah dilalap si jago merah. Dokumen-dokumen penting milik keluarganya tidak ada yang dapat diselamatkan. Akta kelahiran, ijasah dan lain. Hanya surat akta tanah yang berhasil diamankan.

Lemari pakaian berserta isinya dan atap rumahnya juga ludes terbakar api. Yang tersisa hanya puing dan onggokan abu kayu, baju dan kertas

Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Peristiwa terjadi pada sore hari akibat kelainan manusia. Meninggalkan sejenak masakan di atas kompor untuk berkomunikasi melalui gawai.

Berita terkait musibah  kebakaran inipun sampai ke seluruh civitas akademika MAN 4 Jakarta Selatan. Seperti biasanya Wiharti walaupun sudah purna bakti tetap  berkontribusi untuk kebaikan. Menyediakan mobilnya untuk digunakan  bersilaturrahim ke kediaman korban kebakaran. Hari ini sudah yang ke 4 kali, korban dikunjungi oleh para guru. Berbagi untuk meringankan beban yang ditanggung korban.

Dokpri 
Dokpri 

Pulang dari tempat korban kebakaran, kami menikmati soto di sebuah kedai soto dekat sekolah. Semoga kebersamaan dan silaturahim kami tidak menjadi yang terakhir, tidak luntur dan tidak lekang ditelan masa.

Wiharti juga selalu menginisiasi untuk bersilaturahmi ke rumah para guru yang sudah purna bakti saat Idul Fitri. Dia selalu mengajak beberapa guru untuk berkunjung dan menyediakan mobilnya untuk digunakan. Tetap menyambung tali silaturrahim dengan para guru.

Dokpri 
Dokpri 

Sore ini beberapa dari guru berpose  menghantar kepulangannya dari depan ruang guru menuju rumahnya.

Tidak ada lagi suara keras menggema di ruang guru. Tidak ada lagi tawa renyah yang muncul. Tidak ada lagi obrolan-obrolan unik yang diceritakan  dengan aksen jawa tengah yang khas dan unik.

Terima kasih bu Wiharti atas segala pengabdian, integritas dan semua kebaikan. Semoga selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan yang penuh keberkahan. Aamiin

Tetap semangat menjalani kehidupan.

Jangan lupa bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun