Mohon tunggu...
HERLIN SUSWATI
HERLIN SUSWATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sopir Sejati

21 Oktober 2023   15:39 Diperbarui: 21 Oktober 2023   15:47 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moda transportasi umum/sarana angkutan umum di Jakarta sudah terintegrasi, terbaur menjadi satu kesatuan yang utuh. Mulai dari Light Rail Transit ((LRT), Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu (MRT), Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line, bis TransJakarta/TJ, bus listrik maupun  angkutan kota (angkot). Mayoritas angkutan tersebut menggunakan tenaga listrik.

Penumpang dapat menjelajah pusat/jantung kota Jakarta dari pinggiran kota Jakarta  dengan menggunakan moda transportasi umum ini. Semua akses pembayaran sudah memakai kartu pintar. Tidak membutuhkan uang tunai. Cukup dengan tap/menempelkan kartu pada mesin pembayaran di akses pintu masuk. 

Semua sudah mengunakan teknologi canggih dan terkini. 

Berbeda jauh dengan mobil angkutan umum khususnya angkutan kota (angkot) yang berada di luar kota jakarta. Masih perlu perhatian khusus dan pembenahan. Bahkan dapat dikatakan memprihatinkan.

Ada kisah menarik dari supir angkot yang mungkin dapat menjadi renungan bagi kita semua terkait keberadaan angkot di luar Jakarta. Angkot yang melintasi 3 provinsi, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dengan jarak sekitar 20 km dan ongkos hanya 10 ribu rupiah. Mungkin ini merupakan ongkos angkot  termurah saat ini.

Sopir ini, sebut saja bernama Edi putra daerah Pacitan Jawa Tengah, sudah menjalani profesi ini selama 28 tahun. Sejak tahun 1995 hingga saat ini. Sebelum kembali menjadi sopir angkot 106 jurusan Parung-Lebak Bulus tahun 2019, dia sudah malang melintang di dunia transportasi. Menjadi sopir di berbagai angkutan yaitu sopir Mayasari, Bianglala , Metromini, Kopaja,  bahkan mobil tronton.

Di tengah berbagai hempasan cobaan kehidupan dia tetap bertahan dalam profesi sebagai sopir untuk mempertahankan eksistensi diri dan keluarganya. Walaupun profesi lain pernah dijalaninya yaitu sebagai satpam di salah satu super maket terbesar saat itu di Jakarta Pusat.

Awal mula hijrah dari kampung halamannya di Pacitan Jawa timur dia ia berniat memperbaiki kondisi kehidupan keluarga nya di kota besar. Namun takdir menuntunnya untuk menetap di wilayah penyangga kota Jakarta yaitu wilayah depok, Bojong sari. Tetap menjadi sopir angkot dengan segala suka dan duka. Dia merasa bahagia jika banyak penumpang menaiki angkotnya. Sedangkan merasa galau jika penumpang sepi ditambah hujan turun pula.  

Masih banyak Edi Edi lain yang tetap setia menekuni profesi nya sebagai sopir angkot di wilayah penyangga ibukota Jakarta karena tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup. Profesi yang layak diberi apresiasi karena sudah membantu sesama yang masih tetap membutuhkan.

Terima kasih kepada para sopir angkot di seluruh wilayah daerah penyangga Ibu kota Jakarta khususnya para sopir angkot 106 jurusan Parung - Lebak Bulus Jakarta Selatan yang masih setia mengangkut para penumpang pejuang kehidupan.

Suara musik dangdut koplo berdetak detak di dalam angkot pak edi pagi hari.  Menyambut pagi yang cukup hangat. Membangunkan para penumpang pejuang kehidupan. Memberi tanda bahwa angkot akan mendekati tujuan akhir. Stasiun MRT Lebak Bulus.

Terima kasih pak edi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun