Tombol ini tidak perlu disentuh oleh jari untuk mengaktifkan. Cukup dengan melambaikan tangan 5 cm sampai 10 cm di depan tombol. Menunggu sinyal pedestrian menyala hijau selama 20 detik sebelum menyeberang.
Tiba di halte bundaran HI, kami harus menaiki tangga menuju pelataran atas. Kios-kios kuliner yang berderet rapi dan bersih  menyambut para pengunjung sepanjang sisi pelataran.Â
Pelataran atas halte bundaran HI menjadi salah satu destinasi wisata di Ibukota. Jika kita berdiri di anjungan, sejauh mata memandang terlihat gedung-gedung pencakar langit dan mobilitas kendaraan yang tinggi. Monumen Selamat Datang yang berdiri kokoh di tengah kolam menjadi daya tarik tersendiri. Namun demikian kapasitas anjungan  hanya boleh di akses maksimal 20 orang.Â
Setelah puas mengabadikan momen-momen indah di sekitar anjungan dengan jepretan gawai, kami menuju destinasi lain yaitu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang desain nya  terinspirasi dari kapal laut tradisional kebanggaan Indonesia, pinisi. Hanya perlu menaiki bus trans jakarta dari halte bundaran HI ke halte Karet untuk mencapai JPO tersebut. Tidak perlu keluar halte bundaran HI. Semua akses transportasi sudah terintegrasi.
JPO yang dapat diakses dengan menaiki tangga lebih dahulu mempunyai fasilitas untuk pejalan kaki dan pesepeda. Anjungan nya hanya dapat diakses oleh maksimal 20 orang.
JPO Â ini diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anis Baswedan pada tahun 2022. Di ujung anjungan terdapat informasi yang dapat dibaca. Tertulis "Atas berkat dan rahmat Allah Swt, jembatan penyeberangan ini diresmikan. Tempat ini adalah ruang ketiga di antara tempat bekerja dan tempat tinggal.Â
Fasilitas untuk mobilitas tak sekedar soal berpindah tempat bagi pejalan kaki, pengguna transportasi publik dan (kini juga) pesepeda. tapi juga soal pengalaman menikmati kemegahan jalan utama di Jakarta, mengenang tenaga kesehatan yang wafat berjuang saat pandemi melanda, dan membangun interaksi antar warga yang berkunjung dari penjuru Jakarta dan dari seluruh Nusantara. Tempat ini tak sekedar dibangun untuk menyeberangkan, namun juga untuk mempertemukan dan menyatakan".
Begitu bermakna narasi yang ditorehkan. Â Mempunyai makna berwawasan ke masa depan, inovatif dan apresiatif.