Seperti biasa jika tidak ada  jadwal mengajar di kelas, aku tetap berada di ruang guru dalam kelas. Banyak aktifitas yang bisa dilakukan.Â
Pagi ini aku mempersiapkan materi buat mengajar. Disela sela kegiatan ini, sesekali aku mendengarkan diskusi yang terjadi di kelas ini. Guru dan para siswa berdiskusi membahas soal-soal mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Siswa membaca soal dan memilih opsi jawaban yang tepat. Selanjutnya guru bertanya mengapa siswa memilih jawaban tersebut. Sesekali guru bertanya secara mendalam kepada siswa. Â Apakah siswa mampu mempertahankan pendapatnya.
Materi soal terkait beberapa hal seperti topik, tema, opini, pendapat, fakta, nilai-nilai, kata baku dan pencitraan.
Walaupun  beberapa waktu  lalu guru sudah menjelaskan berulang terkait beberapa pokok bahasan tetapi siswa masih melakukan beberapa kesalahan dalam menjawab pertanyaan.  Beberapa siswa lupa  terkait arti perbedaan antara opini, pendapat dan fakta.Â
Akhirnya guru menjelaskan kembali secara singkat perbedaan ketiganya. Intinya jika pendapat terkait pemikiran pribadi. Â Jika didukung oleh data maka akan menjadi suatu fakta. Sedangkan opini terkait pada suatu permasalahan didalamnya dan terdapat unsur keberpihakan dari sang penulis. Bisanya terdapat dalam teks editorial.
Guru juga menjelaskan kembali terkait kalimat yang tidak padu, tidak koheren atau tidak nyambung. Kenapa tidak nyambung? Karena ada kalimat yang diluar pokok pembicaraan.Â
Guru memberikan contoh secara sederhana. Jika sedang dibahas tentang manfaat makanan tempe maka jangan pula dibahas tentang manfaat makanan tahu karena tempe dan tahu berbeda. jika dibahas keduanya maka akan ada kalimat yang tidak padu.
Guru juga membahas terkait nilai-nilai yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai agama, nilai etika dan nilai estetika. intinya nilai moral terkait dalam diri. Nilai sosial terkait dengan orang lain. Nilai Agama terkait dengan keagamaan. Nilai estetika terkait dengan keindahan, biasanya terdapat dalam puisi. Salah satu contoh kalimat yang diberikan oleh guru terkait nilai agama yaitu "Setiap malam dia tidak pernah salat tahajud".
Pokok bahasan lain yaitu pencitraan. Secara sederhana pencitraan adalah gambaran, angan-angan, imajinasi. Ada beberapa jenis pencitraan yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman. Guru memberikan contoh beberapa kalimat kemudian siswa diminta untuk mengidentifikasi jenis pencitraan. Kalimat yang disampaikan diantaranya:
- Seruling di pasir tipis. merdu diantara gundukan pohon pinang.
- Ku petik gitar ini. Ku petik lagu rindu.Â
- Nyiur melambai di tepi pantai.
- bau ... berbau busuk ketika ku melewati ....
Akhirnya Guru menutup pembelajaran dengan menjelaskan kembali kata baku, kata yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Beberapa contoh kata diberikan yaitu grup bukan group, taksi bukan taxi, antrean bukan antrian, rezeki bukan rejeki, apotek bukan apotik.
Demikian pencerahan pagi ini di ruang guru. Terima kasih Pak Guru untuk ilmunya. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi bekal kehidupan untuk para siswa serta menjadi ladang amal untuk bapak guru. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H