Pada tahun 2015 silam Presiden Jokowi menyatakan bahwa mengetahui pemain harga minyak goreng, gula dan BBM. Pernyataan Presiden ini mencuat kembali saat ini dan menjadi polemik ditengah mahal serta langkanya harga minyak goreng. Kaitannya dengan kelapa sawit, minyak goreng hingga biodisel siapa sebenarnya para pemainnya?
Mengutip dari data BPS tahun 2020 produksi minyak sawit Indonesia (CPO) 44,8 juta ton berasal dari perkebunan swasta sebesar 60 persen atau 30,1 juta ton, perkebunan rakyat 34 persen menghasilkan 16,2 juta ton dan Perkebuan Besar Negara (PBN) menyumbang sebesar 4 persen atau sebesar 2,1 juta ton dari total luas lahan  14.586.597 hektar yang tersebar disejumlah wilayah di Indonesia.Â
Negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor CPO Indonesia berdasarkan BPS tahun 2020 yaitu India dengan 4,39 juta ton, posisi kedua ditempati Spanyol 0,77 juta ton. SementaraMalaysia diposisi ke 3 sebagai eksportir CPO Indonesia dengan 0,37 juta ton. Selanjutnya diikuti Italia 0,35 juta ton dan Kenya 0,33 juta ton.
Siapa raja kelapa sawit swasta di Indonesia? Berdasarkan laporan dari Majalah Sawit Indonesia, Wilmar Group adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia bahkan dunia. Bisnisnya terintegrasi dari hulu hingga ke hilir sehingga dikenal sebagai raja sawit. Menurut majalah tersebut, perusahaan ini memiliki pabrik biodiesel terbesar di dunia yang berlokasi di Riau, Indonesia.Â
Dengan produk minyak goreng merek Sania. Diketahui sedikitnya Wilmar memiliki 300 pabrik manufaktur yang tersebar di beberapa negara. Wilmar memiliki 20 pabrik penyulingan berada di China. Itu sebabnya jaringan bisnis perusahaannya telah berkembang hingga ke China, India, Malaysia, Australia dan Eropa dengan jaringan bisnis di lebih dari 25 negara lainnya.
Wilmar Group berbasis di Singapura  merupakan perusahaan patungan antara Martua Sitorus atau Thio Seeng Hap seorang pengusaha asal Pematangsiantar, Sumatera Utara dan Kuok Khoon Hong rekan bisnisnya asal Malaysia.Wilmar Group merupakan produsen minyak goreng dengan produksi sebesar 2.819.400 ton, disusul Musim Mas Grup sebesar 2.109.000 ton dan Permata Hijau Sawit Grup sebesar 932 ribu ton.
Selain bisnis minyak goreng, Wilmar juga merupakan pemain utama biodisel. Berdasarkan informasi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 252.K/10/MEM/2020 yang ditetapkan pada 18 Desember 2020 pemerintah telah menunjuk 20 badan Usaha BBM dan Badan Usaha BBN sebagai pemasok biodisel.
 PT. Wilmar Nabati Indonesia mendapatkan jatah sebesar 1.375.486 alokasi volume Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan posisi kedua juga ditempati anak perusahan Wilmar Group yaitu PT. Wilmar Bioenergi Indonesia sebesar 1.324.226. Kemudian diikuti oleh PT.  Musim Mas dengan 882.380. dari ketiga perusahaan sawit tersebut 17 perusahaan lainnya yaitu Pt. Batara Elok Semesta Terpadu, PT. Bayas Biofuels, PT. Cemerlang Energi Perkasa, PT. Cilandra Perkasa, PT. Dabi Biofuels, PT. Darmek Biofuels, Pt. Energi Unggul Persada, PT. Intibenuaperkasatama, PT. Kutai Refinery Nusantara, PT. LDC Indonesia, PT. Multinabati Sulawesi, PT. Pelita agung Agiindustri, PT. Permata Hijau Palm Oleo, PT. Sinarmas Bio Energy, PT. Smart tbk, PT. Sukajadi Sawit Mekar, Pt. Tunas Baru Lampung tbk.
Â
Siapa yang paling diuntungkan dari permainan bisnis kelapa sawit? Menurut mantan Ketua Ombudsman RI Alamsyah Saragih berkomentar tentang subsidi minyak goreng yang ditetapkan pemerintah. Menurutnya subsidi minyak goreng pada dasarnya adalah subsidi tambahan pada biodisel
 "Subsidi Minyak Goreng pada dasarnya adalah subsidi tambahan untuk biodiesel, siapa yang diuntungkan?" kata Alamsyah lewat di Twitter @Alamsyahsaragih, Senin, 31 Januari 2022.
Lebih lanjut Alamsyah mengungkapkan bahwa Wilmar Group mendapat porsi terbesar dari total dana subsidi tersebut.
"Sementara untuk 'subsidi' industri biodiesel sejak 2015 sudah dominasi 79,04 persen atau Rp 110,03 triliun dari total dana. Wilmar Group peroleh porsi paling dominan sebesar 36 persen dari total dana subsidi tersebut. Berapa pungutan ekspor yang mereka setor ke BPDPKS?" tanya Alamsyah.
Pendapat lain disampaikan oleh Virgy Arief, Junior Program Officer Yayasan Madani Berkelanjutan. Dikutip dari Mongabay, Virgy menyebut struktur di Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, mayoritas pengusaha sawit. Banyak program yang dibuat lebih menguntungkan kepentingan pengusaha.
Sementara untuk program peremajaan sawit rakyat (PSR), lanjut Virgy, hanya sebesar Rp2,7 triliun; untuk pengembangan dan penelitian Rp284,4 miliar; sarana dan prasarana Rp1,73 miliar; promosi dan kemitraan Rp208,561 miliar; serta pengembangan sumber daya manusia sekitar Rp140,674 miliar. Pada 2021, Wilmar kembali memasok 2.699.752 kiloliter biodiesel ke Pertamina dan Musim Mas 882.530 kiloliter berdasarkan pada laporan yang tertuang di Mongabay.co.id.Â
Mengapa perusahaan swasta mendapatkan keistimewaan dan menikmati subsidi dari negara sementara perkebunan rakyat sepertinya kurang mendapat perhatian serius? Disamping itu dengan berfokus pada biodisel apakah rakyat memang harus dikorbankan menerima kelangkaan minyak goreng dengan harga yang tidak terjangkau? Beranikah Jokowi mengungkap pemain minyak goreng seperti pernyataannya 2015 silam?
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H