Pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan setiap individu, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Agama menjadi pemandu dalam mewujudkan kehidupan yang bermakna, damai, dan bermartabat. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan.
Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu maupun kolektif. Pada akhirnya, tujuan ini adalah untuk mengoptimalkan berbagai potensi manusia yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) diberikan dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Mengingat pentingnya pendidikan agama, peran guru yang profesional sangat diharapkan untuk mentransfer ilmu pengetahuan agama kepada peserta didik dengan berbagai metode dan teknik yang efektif dan mudah dipahami.
Metode dan teknik pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan. Beberapa metode pembelajaran PAI antara lain ceramah, diskusi, tanya jawab, pembiasaan, keteladanan, sosiodrama, roleplayer, pemberian tugas, dan karya wisata.
Guru agama sangat menentukan kualitas dan daya tarik proses pembelajaran. Proses belajar mengajar agama di kelas yang konvensional sering memposisikan guru sebagai aktor utama dengan buku sebagai penunjang utama. Kondisi ini perlu diubah dan ditingkatkan.
Mata pelajaran PAI di SD Islam Terpadu memiliki alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan di sekolah umum. Dengan demikian, hasil belajar di SD Islam Terpadu diharapkan lebih baik. Idealnya, siswa SD Islam Terpadu menguasai materi pelajaran lebih banyak dan lebih dalam, seperti hafalan ayat Al-Qur'an dan hadis, kemampuan menjelaskan pesan agama secara lisan dan tulisan, serta tingkat kesadaran dalam mengamalkan ajaran agama.
Inovasi pembelajaran PAI diharapkan menyentuh aspek substansi. Pengenalan materi bisa dilakukan lebih banyak dengan bantuan teknologi informasi, meskipun tetap fokus pada materi yang terbatas. Misalnya, ayat-ayat tentang perintah melaksanakan ibadah dapat ditunjukkan lebih banyak, namun penjelasan guru tetap terfokus pada ayat yang dipilih. Guru juga bisa memperkaya pengenalan materi dengan berbagai sumber yang relevan.((hes50)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H