Sebuah cerita diambil dari kisah seorang penebang pohon yang melamar pekerjaan di sebuah pabrik pengolahan kayu telah menjadi perenungan dalam hidup kita. Seperti yang dipaparkan oleh Stephen R. Covey, penebang pohon ini awalnya berhasil diterima dan merasa senang dengan bayaran yang diberikan. Dengan semangat tinggi, dia memulai pekerjaannya.
Pimpinannya memberikan gergaji kepada penebang pohon tersebut, sambil menunjukkan pohon-pohon mana yang harus ditebang. Pada hari pertama, sang penebang berhasil menebang 20 pohon dengan mahirnya. Kepuasan diri menghampirinya, dan pimpinannya memberikan pujian,"Dua puluh pohon, pertahankan prestasi ini," kata pimpinannya dengan senyum. Pujian tersebut membakar semangatnya berkobar seperti api yang di puncak Monas dan pria itu bekerja dengan semakin tekun.
Tetapi, semangat dan produktivitas sang penebang mulai merosot. Pada hari berikutnya, dia hanya berhasil menebang 15 pohon. Bahkan, pada hari ketiga, hanya 13 pohon yang bisa dia tebang. Penebang pohon ini merasa kebingungan dan putus asa. Dia merasa telah kehilangan tenaganya.
Dengan hati yang berat, sang penebang mendatangi bosnya dan mengakui kinerjanya yang menurun. Bosnya pun bertanya dengan bijak, "Kapan terakhir kali kamu mengasah gergajimu?"
Dengan tidak mengerti pertanyaan tersebut, sang penebang menjawab, "Mengasah gergaji? Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji. Saya terlalu sibuk menebang pohon."
Kisah ini merefleksikan hidup kita sendiri. Terkadang, dalam kesibukan dan rutinitas kita, kita lupa untuk 'mengasah gergaji' atau mengembangkan kapasitas kita dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti halnya mengasah alat pemotong agar tetap tajam, kita juga harus mengasah potensi intelektual, emosional, spiritual, dan fisik kita agar tetap optimal.
Masyarakat masa kini terkadang terperangkap dalam kesibukan yang semakin meningkat, mengorbankan waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting. Meskipun bekerja keras penting, kita tidak boleh mengabaikan aspek-aspek penting lainnya dalam hidup.
Mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, meluangkan waktu berkualitas untuk keluarga, memberi diri waktu istirahat yang cukup, rajin belajar dan membaca, serta mengembangkan potensi melalui berbagai kegiatan seperti olahraga, seni, dan ilmu pengetahuan, adalah cara kita 'mengasah gergaji'.
Apabila kita terus menerus bekerja tanpa memperhatikan pengasahan 'gergaji' kita, kita akan mengalami penurunan efisiensi dan produktivitas. Hidup akan terasa monoton dan hambar, dan di akhir hayat, rasa penyesalan lah yang akan menghampiri.
Ingatlah, jangan pernah lupa untuk secara rutin 'mengasah gergaji' kita dalam berbagai aspek: intelektual, emosional, spiritual, dan fisik. Ajaklah keluarga dan lingkungan kita untuk melakukan hal serupa. Tidak ada waktu yang lebih tepat daripada sekarang. (Hes50)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H