Mohon tunggu...
Herjono Arif Bowo
Herjono Arif Bowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya pria biasa yang hidup penuh asa... mencoba mencari siapa saja agar hari depan bukan yg biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penampakan di Nobar Kompasiana

13 November 2010   14:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini saat berhadapan dengan komputer langsung saja muncul hasrat untuk menulis. Ya, menulis... sebenarnya ingin sekali menulis kegembiraan saat pagi tadi bertemu dengan kompasianers di Plaza Senayauntuk nonton bareng. Tapi sepertinya kegembiraan itu sudah terwakili oleh tulisan kompasianer Widianto.h Didiet ( lebih lengkap klik ke http://media.kompasiana.com/new-media/2010/11/13/the-social-network-bareng-kompasianer/ ). Cukup deh, gak usah nulis yang sama pikirku... toh paling-paling kalah banyak komen nantinya hehehe...Lantas mau nulis apa Jon? kata Yusep teman Kompasianerku yang paling setia. "ah, mau nulis komplain aja lah...!  sahutku. "lho koq komplain? kan acaranya sudah yahud bro..?" tanya Yusep lagi. "Acaranya bagus, filmnya bagus, temen-temennya juga oke, tapi ada satu yang gak bagus..!" Tegasku. "Apa sih? rewel amat luh?"... Tanya Yusep keheranan. "Foto bro... foto.... liat tuh foto-foto gw yang diposting sama Widi!” kataku kesal. “lah, emang ngapah?” Tanya Yusep keheranan. “Bayangin aja Bro, senyum gw tuh dah canggih banget tadi… pose juga dah paling keren se Jakarta… tapi Foto gw tuh… liat aja, kagak ada yang bisa diliat. Jangankan gigi yang sudah standby, dengkul pun nasibnya sama… asli gak keliatan gara-gara penampakan. Nih lihat…!” seruku sambil menunjukkan foto hasil postingan Kompasianer dan foto di Kompas.com.

[caption id="attachment_75052" align="alignleft" width="720" caption="pinjem fowtonya Widi neeh"][/caption]

Hahahahahaha…hihihihihi…huhuhuhuhu..hehehehe..hohohoh…. Tawa Yusep seolah tidak ada lagi yang mampu menandingi tawanya yang khas. “ya eyaaalah bro…. gimana mau kelihatan, lha wong muncul penampakan di studio”…. Liat aja tuh makhluknya asik jepret sana-jepret sini di depan kompasianer yang lagi pasang pose pw (red-Posisi Wueeenaaak). Pantes ajah dr td pas di foto koq ada suara-suara “minggir mbak, minggir…. .. ternyata Jon, ada Kompasianers yang fotoin kita tadi bisa liat penampakan”. Kata Yusep meyakinkanku.

Aaaah… sudahlah Sep, gak usah ditangisi dan disesali toh masih ada event Ultahnya di MU Café kan? Nanti gw mau habis2an pasang pose terus minta tolong panitia buat mengaamankan makhluk-makhluk yang bisa gentayangan pas acara nanti” sahutku berharap.

Teman-teman Kompasiana, menutup tulisan ini saya cuma mau mengatakan bahwa yang lebih penting adalah memahami isi film itu sendiri. Mark sang pendiri Facebook sangat focus pada keinginannya meski diawali oleh niatan buruk terhadap wanita. Dia menyukai perubahan dan ternyata perubahan itu takkan pernah selesai. Persahabatan dengan Eduardo sangat inspiratif meski sahabat terbaiknya ini berbeda prinsip dengan Mark. “Engkau sebenarnya tidak jahat, tapi engkau hanya terlalu keras mencoba menjadi jahat”. Ungkapan ini menghentak dasar kepribadian saya yang sedang berproses kearah sana. Mark tipe orang yang sukses yang dimulai dari dendam terhadap cinta. Bisakah kita melakukan sebaliknya? Sukses yang diawali cinta mungkin kekuatannya lebih besar dibanding Mark…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun