Otonomi Khusus (Otsus) Papua Jilid Dua masih menimbulkan polemik di kalangan masyarakat Orang Asli Papua (OAP) hingga hari ini. Ada yang setuju, ada juga yang menolak. Saya berusaha menggali  mengapa ada pihak yang pro dan kontra.
Yang menolak berasal dari orang-orang yang merasa kecewa karena tidak melihat bukti nyata, transparansi dari penggunaan dana Otsus yang mencapai triliunan di kawasan mereka.Â
Sedangkan pihak yang setuju karena mereka meyakini tujuan utama program ini adalah untuk kesejahteraan masyarakat Papua sendiri. Mereka mendukung dengan meninggalkan beberapa catatan agar program ini tepat sasaran. Pemerintah pun berjanji akan mengevaluasi program jilid satu sebelumnya mulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari regulasi, mekanisme pelaksanaan, pengawasan dan akuntabilitas dan transparansinya.
Jika kelak program prestisius ini disetujui, maka sebagai pemuda Timika menginginkan adanya potongan kue Otsus Jilid Dua itu untuk kegiatan pembangunan terkhusus pembangunan sumber daya manusianya. Adapun program pemberdayaan sumber daya manusia OAP di Mimika yang urgensi untuk dieksekusi adalah:
1. Adanya jalur masuk sekolah pemerintahan dalam hal ini Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jalur Otsus Papua khusus OAP
Emang sih ada penerimaan IPDN khusus Papua tapi sayangnya beberapa tahun terakhir ini bermasalah dikarenakan tidak menampung banyak OAP. Yang ada malah orang-orang yang kebetulan besar dan tinggal di Papua yang didominasi orang yang tidak berdarah Papua. Ini yang menjadi masalah.
Nah, dengan adanya jalur ini maka mau tidak mau syarat utama untuk masuk harus berdarah Papua entah kedua orang tuanya orang Papua atau salah satunya. Bukan yang tidak ada sama sekali darah Papuanya atau beruntung tinggal di Papua.
Dengan adanya kuota khusus ini maka secara tak langsung pemerintah memang berkomitmen  untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin masa depan dari kalangan Orang Asli Papua  yang akan ditempatkan untuk membangun Papua ini.Â
Ini tentunya menjadi perencanaan jangka panjang untuk mempersiapkan OAP yang punya integritas dan loyalitas membangun daerahnya sendiri. Prinsipnya jelas, Dari Papua Untuk Papua.
2. Membangkitkan kembali Balai Latihan Kerja (BLK) Mimika yang sudah lama tidak difungsikan
Peranan BLK ini sangatlah penting karena menjadi tempat untuk menempa orang-orang Papua memberikan keterampilan-keterampilan yang kekinian. Kurikulumnya berorientasi pada penguasaan teknologi dan bisnis.Â
Sarana dan prasarananya dengan spesifikasi tinggi. Pendidik-pendidiknya juga  disaring betul-betul  yang punya kualitas terbaik berasal dari kampus ternama seperti Universitas Indonesia, ITB, ITS, Telkom University, IPB dan kampus ternama lainnya.
Kelasnya  ada kelas bisnis, ada kelas bahasa asing, ada kelas teknologi komputer. Jika benar-benar terwujud maka bisa dibayangkan akan menempa banyak generasi muda Papua yang berwawasan global.
3. Pendirian sekolah impor untuk Mengedukasi Orang Asli Papua
Papua memiliki kekayaan Sumber Daya alam yang berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi. Hanya saja karena ketidaktahuan mereka, akhirnya dibeli oleh pengepul dengan  harga yang murah.
Dengan adanya edukasi ini akan membuat mereka melek tentang dunia usaha berskala internasional, mengajari mereka alur usahanya dan tak kalah penting membekali mereka bagaimana berkomunikasi melakukan negoisasi transaksi langsung dengan pengusaha-pengusahanya untuk kemudian mereka mengekspornya langsung .
4. Pendirian sekolah transportasi utamanya jurusan kepelabuhanan
Dengan adanya sekolah ini maka pemerintah mempersiapkan tenaga-tenaga berkompeten untuk memajukan transportasi utamanya  di pedalaman yang selama ini menjadi urat nadi kehidupan masyarakat pesisir. Akan mencetak generasi muda OAP yang kelak mengerti kebutuhan urgensi di daerah-daerah pedalaman mulai  dari spesifikasi, kebutuhan teknis dan operasional di pelabuhan pedalaman.
Selain 4 poin di atas, semoga saja dana Otsus Jilid Dua digunakan untuk dialokasikan pengadaan transportasi massal berupa bus lebih banyak lagi.Â
Memang sih sudah ada bus, tapi jumlahnya terbatas. Saya melihat sendiri, betapa kasiannya mama-mama papua yang mo ke kebun atau jual hasil kebun dan tani ke pasar. Mereka berharap belas kasihan dari pengemudi pick up dan truk yang mau mengangkut mereka berame-rame.Â
Nah, dengan adanya transportasi massal ini kelak akan sangat membantu mobilitas mama-mama Papua menjual hasil kebunnya.
Harapan saya sebagai pemuda Mimika, jika kelak memang Otsus Jilid Dua disetujui maka penyalurannya merata di setiap kabupaten di Papua, ada transparansi, akuntabilitas, pelimpahan kewenangan dialihkan lebih banyak ke pemerintah daerah karena sesungguhnya pemda lebih tahu kebutuhan daerahnya daripada pusat.
Salam hangat dari Kota Timika, Papua, Heriyanto Rantelino
Facebook: Heriyanto Rantelino
Instagram: Ryanlino7
Saling tukar pikiran lewat KontaK Whatsapp: 0852-4244-1580
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H