Gara-gara umpatan monyet dari segelintir orang saja, jutaan warga Papua terluka.
Gara-gara umpatan monyet, toleransi dan keharmonisan retak
Gara-gara umpatan monyet, warga Papua mulai terkotak-kotak
Gara-gara umpatan monyet, wacana referendum kembali mengemuka
Gara-gara umpatan monyet, negara menanggung biaya yang tidak sedikit akibat kerusuhan
Gara-gara umpatan monyet, Papuaku yang damai menjadi cukup mencekam
Gara-gara umpatan monyet, rasa cemas melanda para keluarga yang sanak saudaranya mengais rejeki di Papua
Gara-gara umpatan monyet, dua pemimpin pemerintah tertinggi di Pulau Papua yang dikenal dengan ketegarannya, pada akhirnya meneteskan air mata saking tak tahan umpatan yang mencabik-cabik harga diri orang Papua
Gara-gara umpatan monyet dari orang yang otaknya bersumbu pendek, gubernur Jatim dan Makassar bahkan presidenpun mengambil alih untuk meminta maaf
Hei para pelontar umpatan monyet !
Apakah anda kurang piknik?
Apakah anda meresapi makna toleransi dan Pancasila sebagaimana termuat dalam  pelajaran Kewarganegaraan  di bangku sekolah ?
Sebagai orang yang mengangkap dirinya berpendidikan, apakah elok mengatakan sesama manusia dengan makian binatang?
Lidah memang kecil dan tak bertulang, tapi akan menjadi sumber malapetaka jika tak bijak menjaga setiap kata-kata yang terlontar darinya.
Satu hal yang kami pinta, mari intropeksi diri dan merajut kembali makna Bhineka Tunggal Ika agar tercipta kedamaian  seperti sediakala di Bumi Cendrawasih ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H