Kebanggaanku menjadi Bangsa Indonesia semakin berkobar kala saya mengunjungi kawasan perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea (PNG). Tampak perbedaan yang signifikan antara pembangunan di kawasan perbatasan ini.
Saat itu saya berada di Kota Jayapura untuk mengikuti serangkaian tes CPNS di lingkup Kementrian Perhubungan. Nah, setelah mengikuti tes, teman saya yang juga ikut tes, menawarkan saya untuk jalan-jalan. Salah satu tempat yang menjadi tujuan destinasinya adalah kawasan Skouw,kawasan perbatasan Indonesia-Papua New Guinea (PNG).
Dalam benak saya, pasti medan menuju kawasan tersebut tidak mulus, tidak beraspal, kawasan berbatu-batu, dan jurang kiri kanan. Namanya juga perbatasan, pasti kurang diperhatikan. Namun kenyataan berkata lain, sepanjang perjalanan kesana tidak mengalami kendala. Jalanan ke sana sudah beraspal ternyata.  Kami menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih dari kawasan Kota  Jayapura menuju Desa Skouw, Distrik (Kecamatan) Muara Tami. Disepanjang perjalanan, kita akan melewati lebatnya hutan rimba.
Tiba di Kawasan Perbatasan
Proses masuk ke kawasan perbatasan ini cukup mudah loh. Cukup menunjukkan KTP sembari  meminta  ijin ke aparat yang bertugas di Check Point Pos Batas Lintas Negara (PBLN) Skouw.Terlihat megahnya  gedung PLBN Terpadu  yang  dibalut dengan kaca. Tak hanya itu didalam bangunannya ada alat pendeteksi dan ultra X-Ray yang harus dilewati pengunjung demi keamanan.
Ada dua spot foto paling populer di tempat ini. Spot pertama  yaitu bagian depan bangunan PLBN yang mana disitu terdapat tulisan SKOUW, Border Post of Republic Of Indonesia, yang tingginya kurang kebih satu kali setengah meter. Spot kedua adalah foto di depan patung Garuda Pancasila raksasa berukuran sekitar 2,5 x 1,5 meter.
![20181103-094150-5d2291550d823054bb2e438d.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/07/08/20181103-094150-5d2291550d823054bb2e438d.jpg?t=o&v=770)
Sejauh mata memandang, cukup signifikan perbedaan apalagi dari sisi kawasan tembok pembatas antar dua negara. Jika  gerbang Indonesia tinggi menjulang dan bangunan imigrasinya keren, sedangkan gerbang PNG dan bangunan imigrasinya tampak sederhana.
Menginjakkan kaki di kawasan PNG menandakan ini adalah negara pertama yang saya kunjungi. Saya menemukan semacam terminal di mana penduduk PNG menunggu shuttle untuk kembali pulang ke daerahnya.
Harapan
Walaupun terdapat perbedaan yang signifikan antara bangunan di perbatasan Indonesia dan PNG, tapi tidak menyurutkan semangat untuk memelihara hubungan bilateral yang baik. Saling kerjasama dalam berbagai sektor utamanya keamanan dan ekonomi. Walau beda warga negara, kita semestinya saling membantu  sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ditunggu kunjungannya kawan-kawan ke Perbatasan Indonesia dan Papua New Guinea.
Penulis:Heriyanto Rantelino, Anak Muda Timika, Papua
Facebook: Heriyanto Rantelino
Kontak Whatsapp: 085242441580
![img-20170808-033856-141-5d208b01097f366c1d6ca372.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/07/06/img-20170808-033856-141-5d208b01097f366c1d6ca372.jpg?t=o&v=770)