Saya menemukan berbagai kisah inspiratif di Papua .  Kali ini saya mengangkat jejak langkah dari sekumpulan orang yang tanpa pamrih melakukan dedikasi pada kegiatan sosial. Adalah Yayasan Cinta Bella (YCB) yang merupakan wadah yang berjuang untuk menyelamatkan anak yang kehabisan harapan hidup karena otaknya sudah lumpuh  (Cerebral Palsy) yang berlokasi di Kota Timika, Papua.
Yayasan  yang berdiri tahun 2013 ini dimotori oleh Ibu Elisabeth Carolina Samori dan Ibu Grace Ronasoleit Sinaga.  Adapun penasehatnya yaitu Ibu Batseba Seni Dimara, Pastor Bert dan Ibu FN. Adapun anak yang diasuh berasal dari berbagai daerah baik yang berasal dari Timika, Tepa, Nduga, Toraja, Amungme, dan suku lainnya. Berawal dari cinta terhadap si cantik 'Bella' yang terserang lumpuh otak,Ibu Elisabeth, sang ibunda, yang akhirnya mendirikan yayasan yang diabdikan pada anak-anak yang menderita senasib seperti Bella. Yayasan Cinta Bella itu sudah berdiri sejak tiga tahun lalu. Setidaknya sekitar 102 anak penderita lumpuh otak yang ditampung dan kini dalam perawatan khusus. Yang membuat hati bertambah sedih kala sekitar 2-3 anak meninggal tiap tahunÂ
Adapun lingkup penanganannya  diantaranya  mendirikan sebuah klinik Fisioterapi ABK di Timika dengan tenaga ahli dan terapis berpengalaman, memberikan terapi praktis dengan cara mendatangkan dokter spesialis dan terapis berpengalaman, menyiapkan rumah singgah yang berada di pinggiran kota/pesisir agar bisa mengikuti kegiatan yang diadakan yayasan secara rutin serta memberikan pengetahuan tentang ABK pada orang tua ABK agar dapat menangani ABK dengan maksimal.
Pengelolaan Dana Operasional
Untuk mencapai visi dan misi yang mereka rancang, yayasan ini adalah memberikan kesempatan kepada donatur baik perseorangan maupun instansi yang tergerak untuk mendukung Yayasan Ibu dan Anak Cinta Bella, dengan jumlah yang tidak dibatasi. Â Mereka menepuh jalan ini mengingat rata-rata anak-anak yang dirawat di Yayasan Cinta Bella adalah anak yang orang tuanya tidak mampu. Mereka berkomitmen pada management keuangan yang terbuka dan setiap dana yang masuk akan akan dilaporkan datanya setiap bulan. Adapun kebutuhan operasional mereka terdiri dari biaya operasional kebutuhan anak-anak setiap bulan, biaya Dokter Spesialis dan Terapis, pengadaan alat-alat terapi. Untung saja beberapa pihak turut membantu mereka baik dari pihak TNI, Ibu-Ibu Bhayangkari, perusahaan swasta dan perorangan.
Perjuangan yang sudah Dicapai Tahun 2013-2016 yaitu berasal dari  Bantuan  HAM PTFI yang mendatangkan tim dokter dan  Fisioterapi Yayasan Neuro Senso Indonesia ,Ibu Ratih Gandasetiawan bersama Teamnya,  Dokter Abraham Simatupang,Dokter Petrus, Oak Joenoes, Psk Wijaya, dan terapi wicara Mbak AyuNingtyas
Walaupun yayasan ini kecil tapi kontribusinya terhadap puluhan bocah-bocah generasi penerus Mimika ini sangat besar. Bagaimana yayasan ini mampu mewadahi mereka yang hidupnya tergantung belas kasihan dan bisa mengembalikan hidup mereka, walau akhirnya tidak normal seperti saat mereka dilahirkan.