Cuaca cukup terik siang itu saat saya menuju ke salah satu pelabuhan penyeberangan di Kabupaten Mimika, Pulau Papua. Perjalanan dari Kota Timika ke kawasan ini memakan waktu kurang lebih 40 menit ini.
Di dalam perjalanan, saya menikmati indahnya panorama alam Papua yang terlihat begitu asri. Tampak jejeran pohon yang rimbun dan tanaman-tanaman pangan yang mulai menampakkan hasilnya. Namun yang jadi pertanyaan, kok saya tidak melihat adanya hamparan persawahan. Hal inilah yang membuatku bertanya kepada salah satu kawan yang sudah lama menetap di Papua.
Kawan saya ini menuturkan bahwa sebenarnya dulu ada sawah, tapi karena banyak kendala yang ditemui yang pada akhirnya membuat masyarakat beralih ke tanaman pangan yang lebih menjanjikan. Memang keliatan sih, bekas sawah yang sudah berubah menjadi tempat menanam tumbuhan lain.Â
Padahal jika dipikir-pikir, salah satu potensi pertanian yang menjanjikan dan belum digarap secara optimal di Papua adalah beras. Hal ini membuat Provinsi Papua dan Papua Barat punya ketergantungan pasokan beras dari luar pulau utamanya dari Provinsi Sulawesi Selatan.Â
Dari hasil penelitian, produktivitasnya masih rendah dimana indeks pertanaman (IP) hanya 1. Artinya dalam satu tahun hanya bisa bercocok tanam sebanyak satu kali. Beda halnya di Pulau Jawa yang memiliki IP 2,5.
Alhasil lahan sawah yang diperuntukkan untuk tanaman padi berubah menjadi ladang untuk ditanami tanaman lainnya. Salah satunya jagung. Jagung dipandang lebih menjanjikan hasilnya ketimbang padi, bagaimana tidak, tanaman jagung cukup singkat, dua tiga bulan sudah bisa panen.
Siasat Cerdas
Hal ini memancing saya untuk memikirkan bagaimana cara agar bisa membangkitkan semangat penanaman padi di Pulau Papua sehingga melepas belenggu ketergantungan beras dari daerah luar Papua.
 1. Pelatihan Sumber Daya Manusia
Selama ini, petani dari kalangan masyarakat lokal cenderung menanam umbi-umbian, sayur, dan tanaman biji-bijian di lahan kering sedangkan pertanian padi sawah dahulu dilakukan oleh masyarakat yang didatangkan melalui program Transmigrasi. Untuk membangkitkan semangat ini maka perlu ada pendampingan intensif dari Dinas Pertanian, TNI AD dan dari pihak akademisi yang disesuikan dengan program cetak sawah.