Saya tak bermaksud bela perusahaan tambang emas terbesar ini, apalagi mau berharap imbalan. Saya hanya ingin mengajak para mahasiswa untuk menganalisis dengan bijak. Namanya korporate, pasti keberadaannya pro dan kontra dan ada plus minusnya. Tapi kalau kalian bilang PTFI itu sangat jahat, itu tidak sepenuhnya benar. Tak dipungkiri hasil limbahnya memang merusak lingkungan, tapi mereka mempertanggungjawabkan kok dalam bentuk CSR dengan menggelontorkan dana cukup besar. Â Â
Tak hanya itu, mereka membiayai fasilitas kesehatan secara gratis bagi masyarakat  Papua, gelontoran dana beasiswa bagi pelajar, memberi bantuan pembiayaan modal usaha, bermitra dengan pemerintah daerah melakukan  pembangunan instrastruktur dan pemukiman di berbagai wilayah seperti yang terlihat di daerah Otakwa. Belum lagi  mereka menerapkan standar keselamatan berstandar internasional yang sangat ketat bagi karyawannya.  Kalau soal divestasi saham itu, saya belum berani bicara hal itu karena masih simpang siur bagaimana bentuk implementasinya ke depan .Â
Kalau soal pembagian saham yang adil bagi Indonesia, Â saya sepakat dengan aksi mahasiswa untuk menuntut kejelasannya sehingga jelas bagaimana komitmen pemerintah pusat, pemerintah daerah dan perusahaan asing milik Amerika tersebut dalam memajukan Papua.
Mengurai Masalah Papua Secara Bijak
Ibarat dalam film animasi Dragon Ball, kita mesti mengumpulkan ketujuh bola Dragon Ball untuk menyelesaikan satu permasalahan. Begitu juga dalam menyelesaikan suatu permasalahan Papua, setidaknya ada tujuh elemen sosok yang diperlukan untuk mengurai jalan keluar. Ada perwakilan dari pemerintah setempat, tokoh adat, tokoh masyarakat (perwakilan pemuda dan wanita), kepala kampung, kepala suku, aparat keamanan, dan tokoh agama. Sinergi ketujuh elemen inilah yang mampu mengurai permasalahan yang melanda negeri di Bumi Cendrawasih ini.
Menyelesaikan permasalahan Papua bukan hanya dengan menggelontorkan dana sebanyak-banyaknya untuk pembangunan. Tak kalah penting adalah sumbangsih ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bisa dibagikan kepada generasi mudanya. Dengan begitu, Â pola pikir mereka selangkah demi selangkah maju dan kelak bisa menjadi putra daerah yang membebaskan daerahnya dari jurang ketertinggalan dan keterpurukan.Â
Semua gudang masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin, musyawarah dengan banyak pihak, melibatkan tatanan hukum, kearifan lokal, pertimbangan budaya dan lain sebagainya.
Penutup
Misalnya gini, sekalipun diberikan rumah yang bagus berupa perumahan tapi mereka tak bisa berkumpul dengan keluarga, tak bisa bercocok tanam atau melaut, yah mereka gak bakalan betah.