Beberapa teman saya memutuskan kembali ke daerah asalnya karena tidak tahan dengan kehidupan di daerah ini. Hal ini karena kebanyakan dari mereka merasa tidak betah akibat suasana lingkungan pergaulan. Mereka terjebak dengan mindset yang kerdil dimana mereka mengganggap orang Papua itu seram. Ada yang bilang dari tatapannya saja sudah ngeri, belum lagi  kadang mereka jumpai ada yang  suka suara-suara besar (gertakan).
Hal yang saya temukan malah berbanding terbalik. Teman-teman saya ini hanya beramsumsi saja dimana mereka melihat dari tampilan luar saja padahal sesungguhnya nyaman diajak berinteraksi. Saya punya teman yang tergolong suka mabuk atau suka suara-suara besar tapi tak pernah mengganggu sembarang orang kok. Ada kalanya mereka menawarkan minuman sekadar untuk menghargai keberadaan kita saat itu. Yah, kembali pada  dari diri masing-masing mau terima atau tidak.Â
Menolak pun tak apa-apa, mereka santai saja kok. Sepanjang saya di Papua, mereka tak pernah berlaku rese atau biacara dengan suara besar kepada saya. Intinya tergantung bagaimana kamu membawa diri dalam lingkungan pergaulan aja.
Curhatan Selama di Papua
Dalam hati sempat terbesit ingin seperti  teman-teman saya yang berkiprah di Pulau Jawa, Sumatera , Kalimantan, dan Sulawesi yang sudah menikmati penghasilan lebih, bisa masuk keluar hotel ternama, hangout di tempat yang berkelas, ikut pelatihan kerja dengan pemateri yang keren-keren, dapat gaji yang lumayan gede yang bisa digunakan modal usaha apalagi modal nikah. Tapi saya memutuskan tetap bertahan disini. Emang sih pas-pasan banget kehidupan saya di Papua, tapi yang menjadi kekuatan saya adalah pengalaman, inspirasi dan pengetahuan baru yang saya dapatkan di kawasan yang saat ini dipimpin oleh Bapak  Lukas Enembe.
Apalagi kalau mendapat jatah kunjungan ke daerah pedalaman, saya menemukan hal-hal baru yang saya tidak temui di daerah perkotaan diantaranya bagaimana semangat masyarakatnya menghadapi keterbatasan air bersih dan masih bergantung pada air hujan, terkendala komunikasi karena jaringan provider yang belum merata, kesulitan menemukan fasilitas transportasi dan masih banyak lagi.
Jika teman-teman adalah tipe yang orientasi materi lalu kamu memilih Papua kayaknya mindset tersebut perlu dikoreksi deh terkecuali jika memilih bekerja dibawah naungan perusahaan tambang Amerika itu. Â Â
Yang saya tangkap selama berada disini bahwa masyarakat Papua itu orangnya ramah-ramah, humanis dan cenderung polos tapi bagi saya itu sesuatu yang baik karena mereka menampilkan sesuatu yang naturan. Senyum orang-orang Papua itu tulus banget jadi tidak tega deh kalau sampai ada yang khianati kepercayaan mereka pada orang-orang yang didapuk bisa mewakili aspirasi mereka. Perlahan tapi pasti saya membangun jalinan pertemanan dengan mereka dan mereka senantiasa mendampingi saya dalam  mengarungi suatu pengalaman yang baru dalam menemukan hal-hal baru dan unik di Papua.
Demonstrasi Tanpa Kajian Mendalam