Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menyelami Pola Pikir Generasi X, Y, Z Menyambut Pemilihan Kepala Daerah

29 November 2017   09:28 Diperbarui: 15 Desember 2017   21:20 2881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika tak ada arah melintang, tinggal beberapa bulan lagi tepatnya Juni 2018 akan diadakan Pilkada serentak di 171 daerah di Indonesia. Menghadapi momen bersejarah ini, para kandidat beserta timnya suksesnya menyiapkan langkah sistematis agar bisa meraup pundi-pundi suara. Salah satu hal yang tak luput dari perhatian mereka adalah memetakan kantong suara berdasarkan segmentasi generasi. Diketahui bersama bahwa saar ini ada tiga generasi saat ini yaitu generasi X, Y, dan Z.

Generasi X (umur 41-52 tahun) adalah tipe pemilih yang orientasi pemilihannya penuh pertimbangan. Yah, maklum saja, mereka sudah merasakan banyak asam garam menjalani beberapa ajang pemilihan kepala daerah. Mereka memutuskan pilihannya berdasarkan pengalaman, latar belakang pendidikan, dan sepak terjang yang pernah dilakukan oleh sang kandidat. Generasi X masih kebanyakan berkutat pada pemikiran yang tergolong konservatif dan konvensional dimana filsafat politiknya masih mendukung nilai-nilai tradisional. Salah satu trik yang ampuh menarik perhatian mereka adalah menyelenggarakan acara Gathering.

Ajang kopi darat yang dikemas dengan acara yang santai ini  konsepnya yaitu mengundang perwakilan masyarakat yang dinilai punya pengaruh besar dalam suatu daerah. Entah itu orang yang dipandang paling bijak, tua-tua kampung atau sosok yang selama ini vokal membela daerahnya. Pendekatan politik lunak (politic soft power) berkonsep panggung diskusi santai dinilai metode cerdas dalam meraih simpati mereka. Disadari bahwa generasi X merasa bersimpati pada orang-orang yang mampu meluangkan waktu untuk mendengarkan pendapat, nasehat atau petuah dari mereka. Mereka akan menyampaikan permasalahan yang melanda wilayahnya.

Disinilah seorang kandidat akan diuji, apakah dia bisa mengeluarkan solusi dan komitmen penyelesaian terkait keinginan atau prahara yang melanda mereka. Dengan begitu maka diharapkan mampu meyakinkan para generasi X bahwa  mereka sudah mantap dan matang untuk duduk sebagai 01 dan 02 di bangku pemerintahan.

Generasi  Y (umur 22-40 tahun) logika berpikirnya berpijak pada rancangan program yang akan dilakukan kedepan (janji) dan juga faktor kedekatan baik secara emosional, pemikiran, dan juga dari  faktor kekerabatan. Golongan ini akan memperhatikan dengan seksama sepak terjang kandidat tersebut selama ini, memperhatikan program kerja yang digelontorkan kepada masyarakat dan melihat siapa saja tim sukses yang berada di belakang sang kandidat.  Kerja keras Sang Kandidat untuk mampu meyakinkan kepada generasi ini bahwa memiliki kemampuan dalam menata pemerintahan dengan amanah.

Agak berbeda jauh dari kedua generasi diatas, Generasi Z (umur 17- 21 tahun) punya pijakan pemikiran yang lain. Mereka adalah tipe pemilih yang cenderung tak neko-neko dalam menentukan pilihannya. Mereka memilih kandidat karena faktor  ide kekinian membangun daerah, punya terobosan-terobosan yang inovatif, sikap humanisme, rendah hati, dan yang terpenting punya inisiatif merobohkan tembok-tembok birokrasi yang selama ini dipandang ruwet dan kaku.

Salah satu cara menarik perhatian kaum generasi Z adalah melalui penelusuran minat dan bakat. Saya mencatat ada berbagai kegemaran anak muda yang populer yaitu seputar komunitas olahraga (futsall, sepakbola, bulutangkis) dan komunitas hobi (balap motor, mobil, menyanyi, traveling dan lain-lain). Diharapkan para kandidat bisa menarik perhatian generasi ini dengan menjadi pendukung/sponsor kegiatan mereka. Strategi demikian bisa menjadi amunisi jitu dalam memperkenalkan diri sekaligus pembuktian  keberpihakan kepada kaum generasi Z.

Penutup

Dok:Zonalima.com
Dok:Zonalima.com
Masyarakat dari kalangan generasi X merasa pengalaman adalah sesuatu yang berharga dan akan terus dimanfaatkan di masa depan. Konkretnya bahwa pengalaman yang dianggap benar tersebut adalah pengalaman masa lalu. Generasi Y dan Z punya kemiripan dalam hal harapan terhadap kandidat yang punya pola pikir yang tidak kaku. Mampu menciptakan iklim birokrasi yang  mampu mereformasi birokrasi dan perbaikan mental para pejabat publik. Singkatnya, jika ingin menyentuh anak muda generasi Y dan Z, maka sentuhlan pemikirannya.

Sangat diharapkan kandidat yang mencalonkan diri nanti mampu mewadahi  ketiga generasi ini. Mampu mengayomi pemikiran konservatif dari generasi X, mengayomi pikiran rasional generasi Y, mewadahi pandangan kekinian dari generasi Z.

Penulis:

Heriyanto Rantelino, Anak Muda Papua
Facebook: Heriyanto Rantelino
Fanpage : Rapor Heriyanto Rantelino 
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun