Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Tarif Pesawat PP Papua Melonjak Tajam Saat Hari Raya?

2 Oktober 2016   19:31 Diperbarui: 13 Februari 2017   08:49 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu rekan di Papua menganjurkan saya untuk segera booking tiket pulang kampung  menuju Ke Makassar Bulan Desember akhir tahun ini. Menurutnya, berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, tiket penerbangan kelas ekonomi di Bulan Desember sudah ludes terjual jauh-jauh hari sebelumnya. Terbukti, ketika saya menelpon agen maskapai penerbangan kemarin, tiket kelas ekonomi dengan tanggal keberangkatan 22 dan 24 Desember 2016  sudah ludes terjual, yang ada hanya kelas bisnis yang harganya 4 jutaan.

 Seat kelas ekonomi . Yang tersisa hanya tanggal 23 Desember saja, itupun harganya sudah melonjak 30 % dari harga harga normal.  Dikatakan pula bahwa jika pemesanannya dilakukan mendekat Bulan Desember, harga tiket  akan mengalami kenaikan yang besar lagi. Yowess, daripada nantinya tidak sempat memanfaatkan libur waktu liburan akhir tahu bersama keluarga, ya mau tak mau pesan saja. Akibatnya, oleh-oleh khas Papua semisal roti abon Monokwari dikurangi jatahnya. #alasan klise

Mahalnya tiket di hari-hari raya menyimpan rasa penasaran mengapa hal tersebut bisa terjadi. Selidik punya selidik, dari hasil presentasi Dinas Perhubungan Provinsi Papua yang saya capture dari Pak Djuli Mambaya, dituliskan bahwa ada 6 identifikasi permasalah tingginya harga tikek pesawat udara kelas ekonomi diantaranya

  • Tingginya jumlah permintaan saat Peak Season
  • Terbuka peluang bagi para calo tiket dan oknum operator penerbangan (bagian ticketing)
  • Kurangnya pengawasan dan pengendalian oleh pihak otoritas Bandar Udara dan UPBU
  • Alokasi ketersediaan waktu terbang (Slot Time) yang terbatas
  • Tarif jarak: Pajak dan iuaran wajib asuransi
  • Biaya tuslah/tambahan (surcharge)

Harapan besar kepada pihak terkait  utamanya instansi yang dipimpin oleh Bapak  Budi Karya Sumadi untuk bisa memecahkan permasalahan ini. Kan lumayan tuh kalau harganya turun, bisa bawa roti abon monokwari lebih banyak, utamanya buat kamu yang  baca artikel ini sampai akhir. Mau?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun