[caption id="attachment_383205" align="aligncenter" width="543" caption="dok:ervakurniawan.files.wordpress.com"][/caption]
Saya teringat kejadian di masa kecil ketika saya melakukan kesalahan dan takut mendapat hukuman dari orang tua, maka saya mencari tempat untuk bersembunyi.Tempat-tempat ini saya andalkan sampai emosi orang tuaku sedikit demi sedikit mereda.Adapun tempat-tempat pelarian terfavorit di masa kecil yang saya maksud antara lain:
Â
1. Kolong ranjang
Â
Tempat ini adalah tempat favoritku untuk bersembunyi. Orang tua sibuk cari ke kamar atau di halaman rumah tapi tak ketemu-ketemu, padahal anaknya sembunyi di bawah kolong ranjang. Sambil dengar ocehan orang tua yang ngomel-ngomel sendiri, saya malah sibuk bermain-main dengan laba-laba yang sibuk membuat jaringnya.
Â
2. Lemari Pakaian
Â
Dengan banyaknya pakaian yang tergantung di lemari, maka setidaknya bisa menutupi tubuh kecilku. Namun yang terkadang jadi masalah adalah nyamuk yang bersarang dan menyebabkan bentolan-bentolan merah di kulit. Belum lagi suasana pengap yang bikin kita gerah
Â
3. Rumah kosong
Â
Adanya rumah yang belum selesai dibangun menjadi salah satu alternatif tempat pelarianku. Saya masuk melalui tempat pintu yang belum terpasang atau melalu jendela yang terali besinya belum terpasang. Kalau bosan, saya coret-coret dinding rumah, gambar pemandangan atau mobil, mumpung pemiliknya tak ada.
Â
4. Plafon rumah
Â
Saya bersyukurpunya plafon rumah yang bolong di bagian gudang. Dengan adanya tangga geser dibagian gudang, saya bisa bersembunyi di atas plafon rumah. Namun tempat ini tergolong sangat berbahaya mengingat di bagian plafon banyak kabel-kabel instalasi listrik yang terpasang. Untungnya pada bagian gudang rumahku, instalasi listrik tak terpasang jadi saya aman.
Â
5. Pohon buah yang tinggi (Jambu, Mangga dan Rambutan)
Â
Ketika orang tua mengejar saya sambil memegang lidi, saya lari menuju ke pohon mangga di halaman rumah yang lumayan tinggi. Untungnya orang tuaku tak terlalu mahir memanjat sehingga ketika saya ada diatas pohon, mereka hanya teriak-teriak memarahiku. Gak mungkin kan orang tua kita ambil batu atau galah lalu lempar atau jolok kita ke atas, emang anaknya itu buah mangga yang hendak diambil. Dengan adanya pohon ini, saya terbebas dari sentuhan lidi-lidi tipis situ.