Kemajuan teknologi dan infomasi terjadi sangat cepat, sehingga menimbulkan hal yang postif dan juga negative, hal tersebut terjadi disrupsi informasi seperti penyebaran berita yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan atau adegan video yang di potong potong sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda dalam melihatnya, di tambah kurangnya pemahaman masyarakat akan perlunya literasi digital. Â Bila hal tersebut negative maka dapat menjadi fitnah dan adu domba antar masyarakat.
Dahlan Iskan mengungkapkan saat menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Tantangan Media di Era Transformasi Digital yang digelar Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad, bahwa masyarakat  saat ini dibutuhkan clearing house dalam dunia komunikasi. Clearing house ini akan berfungsi membantu masyarakat menjadi lebih dewasa dalam mengkaji suatu informasi, sehingga dapat memilah mana informasi yang benar dan mana yang tidak.
Berdasarkan pengamatan selama 5 hari ini dalam Acara Apa kabar Indonesia, dengan Tajuk "Berita Soal Banjir Jakarta" Acara itu dapat mempengaruhi dan melihat sisi lain dalam sebuah berita yaitu dengan melakukan verifikasi dengan cara menghubungi atau mengundang narasumber atau informan serta juru bicara Gubernur untuk menyampaikan informasi dan klarifikasi atas isu tertentu berkaitan tentang kebijakan dan kegiatan Gubernur dan terlibat langsung pada berita tersebut yang berkedudukan sebagai penjawab pertanyaan atau pemberi informasi.
Tajuk Berita Banjir Jakarta lebih menarik di bahas , padahal kondisi banjir tidak hanya di wilayah Jakarta saja, ada di beberapa wilayah lainya. Fenomena Banjir kali ini karena memasuki masa terjadinya fenomena alam yaitu La Nina atau naiknya permukaan laut di tambah secara umum hampir disemua wilayah di Indonesia curah hujan meningkat serta menyempitnya dan mendangkalnya aliran sungai di tambah daya serap tanah terhadap air kurang maksimal sehingga menjadi factor terjadinya banjir dan tanah longsor.
Terkait dampak pesan pada program berita Apa Kabar Indonesia Dengan Tajuk Soal Banjir Jakarta dengan mengaitkanya pada Teori Efek Media, kita menggunakan Model Rangsangan-Reaksi (Stimulus-Response Model). Dalam melakukan analisa Program Berita tersebut.
Model Stimulus-Response (Rangsangan-Tanggapan), atau lebih populer dengan sebutan model S-R. Menurut DeFleur, penerimaan masyarakat tentang berbagai berita atau pesan  yang disampaikan melalui media massa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Karena, setiap orang mempunyai karakteristik personalitas penilaian sendiri-sendiri. Hal tersebut disebabkan bahwa pengaruh yang terjadi, tidak hanya diakibatkan oleh adanya berita atau pesan, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor personalitas. Meskipun berita atau pesan  yang disampaikan media massa sama, namun akibat yang terjadi di kalangan masyarakat akan berbeda antara setiap orangnya
Menurut model ini, pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dan berita atau pesan attau rangsangan tertentu. Sehingga besar dan kecilnya pengaruh serta bentuk pengaruh yang terjadi tergantung pada isi dan penyajian pesan tersebut
Terpaan media diukur dengan frekuensi menonton televisi, membaca majalah atau surat kabar, dan mendengarkan radio (Rakhmat, 2011: 65), sementara Rosengren dalam Rakhmat (2011: 66) menguji terpaan media dengan dimensi melihat jumlah waktu dan jenis isi media. Ardianto, Komala dan Karlinah (2015: 168) berpandangan bahwa terpaan media berusaha mencari data tentang penggunaan media dari jenis media, frekuensi maupun durasi penggunaan. Muntean (2015), Brown dan Wilkes (2014) juga mengukur terpaan media dengan frekuensi penggunaan media seperti Koran, Radio dan Televisi, Facebook dan Twitter.
Kesimpulanya adalah Banjir di Ibu Kota Negara akan menjadi daya tarik sebagai headline karena Gubernur DKI Jakarta salah satu tokoh popular sehingga program -- program dan janji politik akan selalu di lihat dari sudut pandang manapun baik negative ataupun positif, sehingga sebuah berita tentang Gubernur DKI menjadi perdebatan dari sisi politik, kredibilitas serta citra.Â
Apalagi Hasil sigi lembaga survei Politika Research & Consulting (PRC) menunjukkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menempati posisi tiga teratas sebagai calon presiden atau Capres 2024 potensial. Sehingga berita tersebut menjadi rangsangan dan tanggapan masyarakat terhadap citra seorang Gubernur DKI Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
- Kominfo, 2021, "Cerdas Terima Informasi, Masyarakat Perlu Diedukasi",https://www.kominfo.go.id/content/detail/35292/cerdas-terima-informasi-masyarakat-perlu-diedukasi/0/berita, di akses 20 November 2021 pukul 07:30
- Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, 2021. "Masyarakat Perlu Waspada Menyerap informasi",https://jabarprov.go.id/index.php/news/28922/Masyarakat_Perlu_Waspada_Menyerap_informasi, di akses 20 November 2021 pukul 08:00.
- Arigi, Fikri, 2021 "Alasan Anies Baswedan Tidak Disukai Para Pemilih Jokowi", https://nasional.tempo.co/read/1356196/alasan-anies-baswedan-tidak-disukai-para-pemilih-jokowi/full&view=ok, di akses 21 November 2021 pukul 08:30
- Sulistyo, Ponco Budi, 2021, "Pengantar Ilmu Komunikasi" https://www.scribd.com/document/495992263/Pengantar-Ilmu-Komunikasi, di akses 21 November 2021 pukul 07:30
- Halim, Umar dan Jauhari, Kurnia Dyah, 2017, "Pengaruh Terpaan Media terhadap Partisipasi Politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017" http://jurnalaspikom.org/index.php/aspikom/article/download/385/193, di akses 21 November 2021 pukul 07:00.
- Budiman, Aditya, 2021 "Survei Capres 2024: PRC Catat Ganjar, Prabowo, dan Anies 3 Teratas", https://today.line.me/id/v2/article/2DweYpN, diakses 21 November 2021 pukul 08:00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H