Raka tampak terkejut dan cemas. "Aku tidak tahu apakah aku bisa menjanjikan masa depan. Situasinya terlalu rumit, dan aku tidak ingin kamu terikat dalam masalahku."
Zara menatap Raka dengan penuh tekad. "Aku tidak ingin meninggalkanmu tanpa tahu apakah kita memiliki kesempatan. Aku percaya pada cinta kita, dan aku ingin memberi tahu kamu bahwa aku akan menunggu."
Raka merasa terharu dan berusaha untuk membagikan sesuatu yang sangat berharga baginya. "Ini adalah cincin keluarga. Aku ingin kamu menyimpannya sebagai tanda bahwa aku akan selalu memikirkanmu."
Zara menerima cincin itu dengan air mata di matanya. "Aku akan menyimpannya dan menunggu hari ketika kita bisa bersama lagi."
Raka akhirnya pergi, meninggalkan kota dengan beban yang lebih ringan di hatinya berkat dukungan dan cinta Zara. Zara, meski hancur, bertekad untuk melanjutkan hidupnya dengan penuh harapan.
Beberapa bulan kemudian, Zara menerima surat dari Raka. Di dalam surat itu, Raka menceritakan bagaimana ia telah berhasil menyelesaikan misi dan sekarang berada di tempat yang aman. Dia mengungkapkan betapa pentingnya Zara baginya dan bagaimana ia ingin membangun masa depan bersama Zara setelah segala sesuatu beres.
Zara merasa bahagia dan terharu. Meski mereka harus berpisah dalam waktu yang lama, mereka berdua akhirnya tahu bahwa cinta pertama mereka tidak hanya merupakan kenangan indah, tetapi juga sebuah janji untuk masa depan yang penuh harapan.
Di kota kecil itu, hujan terus turun dengan lembut, mengingatkan Zara tentang perjalanan emosional yang telah dilaluinya sebuah kisah cinta yang penuh dengan tantangan, namun penuh dengan keindahan dan harapan untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H