Mohon tunggu...
heristiawan aryo
heristiawan aryo Mohon Tunggu... Dosen - mahasiswa magister ilmu hukum

mahasiswa magister ilmu hukum

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

UAN Dihapus, Kompetensi Guru dan Murid juga Ikut Tergerus?

17 Juli 2024   13:24 Diperbarui: 17 Juli 2024   13:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dihapuskannya UAN membuat seakan-akan guru dan murid bertukar peran, guru menjadi murid dan murid menjadi guru.

Hapusnya kompetensi murid ini saya rasakan sebagai seorang guru les privat yang membimbing sekitar 15 siswa SMP dan SMA. Dibandingkan dengan semasa masih diberlakukan UAN sebagai syarat kelulusan, siswa yang bergelud dengan “horor” UAN pada saat itu lebih menunjukkan semangat belajar dan kompetensi yang lebih baik daripada siswa yang telah dibebaskan dari UAN.

Akar Mula Runtuhnya Kompetensi Guru dan Murid

Penghapusan Ujian Nasional (UAN) pada tahun 2020 menandai perubahan besar dalam sistem pendidikan Indonesia. Kebijakan ini pada awalnya bertujuan memberikan pendekatan yang lebih holistik dan mengurangi tekanan pada siswa. Namun, kebijakan ini juga memunculkan tantangan baru yang berdampak pada kompetensi guru dan murid. UAN selama ini menjadi tolok ukur utama untuk menilai pencapaian akademik siswa di tingkat nasional. Dihapusnya UAN membuat evaluasi siswa menjadi lebih bergantung pada penilaian sekolah yang seringkali tidak memiliki standar yang seragam. Akibatnya, ada potensi penurunan standar evaluasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas pendidikan. Dari sisi tenaga pengajar, guru yang selama ini terbiasa mengajar dengan orientasi pada UAN harus beradaptasi dengan metode penilaian baru. Transisi ini tidak selalu diiringi dengan pelatihan yang memadai bagi para guru untuk mengembangkan kemampuan evaluasi yang komprehensif. Hal ini menyebabkan penurunan kompetensi dalam mengajar dan mengevaluasi siswa secara efektif. UAN sering kali menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat. Penghapusan UAN juga berakibat pada beberapa siswa merasa kurang terdorong untuk mencapai prestasi akademik tinggi, walaupun tidak semuanya. Tanpa ujian nasional sebagai pendorong utama, motivasi siswa untuk belajar secara serius dapat berkurang, yang pada titik tertentu akan memengaruhi kompetensi mereka. Walaupun penghapusan UAN dimaksudkan untuk fokus pada pendidikan karakter dan kemampuan berpikir kritis, realitasnya banyak sekolah yang belum siap dengan perubahan ini. Sistem pendidikan yang terlalu lama bergantung pada UAN membutuhkan waktu untuk beralih ke pendekatan yang lebih holistik. Ketidaksiapan ini menyebabkan kurangnya fokus pada pengembangan kompetensi non-akademis.

Dampak Kesalahan Kebijakan

Kesalahan dalam kebijakan penghapusan UAN telah membawa dampak negatif yang signifikan pada kompetensi guru dan murid. Tanpa persiapan yang matang dan dukungan yang memadai, perubahan ini justru mengakibatkan penurunan standar pendidikan. Untuk memperbaiki situasi ini, diperlukan langkah-langkah strategis seperti pelatihan guru yang intensif, penerapan standar penilaian yang konsisten, dan pendekatan pendidikan yang seimbang antara akademik dan pengembangan karakter. Hanya dengan demikian, tujuan sebenarnya dari reformasi pendidikan dapat tercapai dan kompetensi guru serta murid dapat ditingkatkan kembali.

Inkonsistensi Kurikulum, Kurikulum gonta ganti, efektif kah?

Perubahan kurikulum yang terus-menerus dalam sistem pendidikan Indonesia telah menjadi topik perdebatan selama bertahun-tahun. Pemerintah sering mengubah kurikulum dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun, apakah perubahan yang sering ini benar-benar efektif? Atau justru berkontribusi pada penurunan kompetensi guru dan murid? Guru adalah garda terdepan dalam implementasi kurikulum. Setiap kali terjadi perubahan kurikulum, guru harus beradaptasi dengan materi baru, metode pengajaran yang berbeda, dan sering kali harus mengikuti pelatihan tambahan. Proses adaptasi ini membutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit. Seringnya perubahan kurikulum dapat menyebabkan kelelahan dan kebingungan di kalangan guru, dan akan berujung mengurangi efektivitas pengajaran mereka. Alih-alih fokus pada peningkatan kompetensi diri dan siswa, guru sering kali terjebak dalam upaya memahami dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Siswa juga merasakan dampak dari perubahan kurikulum yang tidak konsisten. Setiap kali kurikulum berubah, metode pembelajaran dan penilaian juga berubah. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian di kalangan siswa, yang akhirnya berdampak pada motivasi belajar mereka. Ketidakpastian ini dapat mengurangi rasa percaya diri siswa dan menghambat perkembangan akademik mereka.

Kurikulum yang sering berubah-ubah cenderung tidak efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebaliknya, hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti kebingungan di kalangan guru dan siswa, penurunan kualitas pengajaran, serta pengabaian pada pengembangan kompetensi dasar. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang lebih konsisten dan berbasis bukti dalam merancang dan mengimplementasikan kurikulum. Guru dan siswa perlu diberikan waktu dan dukungan yang memadai untuk beradaptasi dengan perubahan, serta kesempatan untuk mengevaluasi dan memperbaiki praktik pengajaran. Dengan demikian, tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dan murid dapat tercapai dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun