Mohon tunggu...
Heri Siswanto
Heri Siswanto Mohon Tunggu... lainnya -

JOICE DE VIVRE "Gembira Menikmati Hidup"

Selanjutnya

Tutup

Nature

Citarum Dulu dan Kini...

3 Mei 2011   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:07 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut Penggalan lagu 'Bengawan Solo' milik  (alm) Gesang seolah mengingatkan kita akan fungsi sungai yang sebenarnya.Aliran sungai yang tulus akan sampai ke laut, tetapi kini kita bisa saksikan betapa aliran sungai sampai juga ke pemukiman warga.Citarum merupakan sosok sungai yang 'gagah', dia (citarum) tidak bisa dibandingkan dengan Sungai Amazon atau Sungai Nil, tetapi aliran sungainya  mungkin bisa dikatakan serupa, bergerak dari dataran tinggi ke dataran rendah.Sungai Citarum yang membelah Kota Bandung dan kota-kota sekitarnya kini kondisinya sangat mengkhawatirkan.Tanggal 1 Mei 2011, citarum mulai  masuk lagi ke pemukiman warga. Entah siapa yang harus disalahkan.Sungaikah?atau warganya. Keberadaan citarum dulu dan kini sungguh sangat ironi.Aliran sungai yang dulu sangat dinantikan oleh warga kini sering ditakuti oleh setiap warga.Bilamana hujan  turun dengan deras, sudah dipastikan akan terjadi banjir besar.Pendangkalan sungai dan penyempitan sungai menjadi sumber utama citarum kini, tidak hanya itu , sampah yang menggunung seakan menambah penderitaan citarum kini.Kenapa semua orang tidak pernah peduli akan keberadaan sungai citarum. Tidak ada yang tidak mungkin untuk memperbaiki keberadaan sungai citarum.Kesadaran warga akan pentingnya menjaga kebersihan sungai dengan tidak  membuang sampah sembarangan harus menjadi agenda rutin pemerintah.Jangan sampai sungai citarum yang dulunya jernih kini menjadi kotor dan penuh dengan limbah-limbah yang merusak ekosistem alam.Apa susahnya menjaga lingkungan sendiri? apa susahnya membuang sampah ke tempat sampah?Mari kita tanamkan jiwa cinta lingkungan.Masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban dari Yang Maha Pencipta. Jangan  biarkan tangan kita mengotori sungai citarum.Ingat generasi yang akan datang, cucu-cucu kita, sudah pasti akan merasakan sungai citarum jauh lebih kotor dari yang kita hadapi sekarang.Tidak kasihankah kepada  generasi yang akan datang?Di mana hati nurani kita?Di mana rasa tanggung jawab kita terhadap lingkungan. Mari kita jaga alam ini, sungai citarum ini dengan penuh loyalitas. (Anak-anak berenang dengan riang di sungai citarum yang bersih."Harapan Yang Dinanti")

SAMPAH= MUSUH KITA BERSAMA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun