Selama ini di Indonesia bambu diidentikan dengan kemiskinan dan kaum ndheso. Tapi apa iya seperti itu? Ternyata ada banyak fakta mengejutkan dari bambu. Adalah pak Jatnika yang telah membuka wawasanku dan fakta mengejutkan akan bambu yang masih dianggap tanaman gulma di Indonesia. Cerita sederhana yang terus mengalir diselipi gurauan khas ala arsitek bambu kelas dunia selama kurang lebih tiga jam.
Fakta tentang bambu diawali dengan pertanyaan, kenapa harus menanam bambu? Ada tiga jawaban sederhana. Pertama, batang bambu menghasilkan oksigen 1,2 kg/harinya. Bayangkan jika masing-masing dari kita menanam satu pohon bambu berapa oksigen dihasilkan? Bukankah itu sebuah amal yang terus mengalir kata beliau. Bayangkan pula bambu tersebut setelah setahun akan tumbuh menjadi rumpun. Semakin banyak pula kan amal kita?. Kedua, bambu adalah tanaman penyimpan air terbanyak karena memilikidua jenis akar yaitu akar serabut dan akar rempu. Kemampuannya menyimpan air dapat dijadikan tanaman alternatif untuk tanaman didaerah kering sebagai cadangan air. Ketiga, bambu merupakan antioksida terbaik terutama pada daunnya.
Bambu juga tanaman yang tak memerlukan perawatan khusus, sekali tanam seumur hidup terus berkembang. Bambu yang hidup berumpun hanya ada ditempat dengan banyak gunung berapi, selain fungsi alam untuk menyuburkan tanah bambu juga memiliki banyak manfaat dari akar hingga daunnya. Saat ini serat bambu sedang dikembangkan menjadi serat pakaian, akarnya dapat dimanfaatkan sebagai hiasan nan cantik, daunnya sekalipun dapat dimanfaatkan sebagai pembungkus karena kemampuannya menyerap kadar gula dalam makanan.
Menebang bambu ternyata tidak sembarangan, layaknya sebuah cerita mitos tapi pak Jatnika menerangkan secara ilmiah pula. Ada beberapa pantangan menebang bambu, jangan menebang bambu dipagi hari, saat ada rebung, saat bulan purnama, dan jangan menebang dihari selasa dan sabtu. Terasa aneh, tapi pak Jatnika memberikan alasannya yang masuk akal. Semua hanya demi memperoleh bambu yang kuat dan tak rapuh seperti hati yang membaca tulisan ini (hehehe). Kenapa tidak disarankan menebang dipagi hari? Karena saat pagi hari kandungan air dalam batang bambu sedang optimal sehingga jika memaksa ditebang bambu tidak bisa bertahan lama. Kenapa saat tumbuh rebung juga tak bisa ditebang? Karena pada masa ini bambu diibaratkan seperti orang yang sedang mengandung. Kenapa tidak ditebang saat bulan purnama ini juga dikarena saat ini terjadi penumpukan air didalam batang bambu. Lalu kenapa tidak boleh menebang saat hari selasa atau sabtu? Karena pada hari ini terjadi konsolidasi antar ruas kata beliau.
Cerita lain tentang tata cara penebangan bambu untuk bahan bangunan selain memperhatikan pantangan di atas juga sebaikya penebangan jangan dilakukan pada bulan berakhiran huru “R” dari september sampai desember tapi sebaiknya pada bulan mei sampai agustus karena pada musim tersebut bambu dalam keadaan paling kuat. Nantinya bambu bisa bertahan sampai ratusan tahun. Sementara bambu untuk anyaman sebaiknya ditebang pada saat bulan peralihan antara april sampai mei.
Obrolan dengan pak Jatnika yang menurutku paling menarik adalah saat beliau menjelaskan tentang filosofi bambu untuk negara ini. Beliau mengatakan bahwa Kekuatan Indonesia adalah bambu, tapi entah kenapa tanaman bambu di Indonesia masih dianggap sebagai tanaman gulma. Padahal Indonesia merdeka karena bambu (bener juga yah indonesia merdeka karena bambu, iya bambu runcing J ). Intinya bambu adalah senjata memerdekakan Indonesia dan bambu jugalah yang seharusnya mengisi kemerdekaan Indonesia. Beliau berucap di negara yang notabene bambu tak tumbuh subur seperti di Indonesia bambu mulai di berdayakan secara serius. Bahkan jepang menanam bambu di Indonesia berhektar-hektar dan mengangkut hasilnya ke negara mereka untuk dijadikan bahan komoditinya. Tapi di indonnesia malah berlomba-lomba membunuh akar bambu yang sebenarnya bisa menjadi tambang ekonomi bagi rakyatnya.
Selamatkan bambu kita untuk keberlanjutan. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H