Mohon tunggu...
HERI PURWANTI
HERI PURWANTI Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Sirnabaya II Telukjambe Timur Karawang

Calon Guru Penggerak Angkatan 10

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Segitiga Restitusi, Menyelesaikan Masalah Tanpa Menyalahkan

14 Juni 2024   07:35 Diperbarui: 14 Juni 2024   07:39 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://realrestitution.com/trainer-bios/

Tahapan ini bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kita mengharapkan yang bersangkutan melakukan refleksi dengan cara meyakinkan si anak melalui kalimat-kalimat:

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • Kita bisa menyelesaikan ini.
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • Kamu berhak merasa begitu.
  • dll

Kalimat-kalimat tersebut membuat anak tidak lagi membangkang dan bisa mengubah situasi yang sulit menjadi kooperatif. Ketika seseorang merasa sedih dan emosional, mereka tidak bisa mengakses bagian otak yang berfungsi untuk berpikir rasional. Saat itulah ketika kita harus menstabilkan identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan. Perlunya tahapan menstabilkan identas ini karena rasa bersalah menguras energi, perasaan bersalah menunjukkan identitas kegagalan, dan perasaan bersalah membuat kita terperangkap pada masa lalu.

Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehaviour)

Setiap tindakan dilakukan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar. Jika kita memahami jenis kebutuhan dasar tersebut, maka kita dapat menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhinya. Seorang guru harus berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan muridnya dengan mengajukan kalimat-kalimat dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka, misalnya:

  • Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini
  • Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu
  • Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu
  • Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru
  • dll

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik tindakan murid. Bila kita memahami alasan murid melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.

Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas, misalnya:

  • Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  • Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
  • Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  • Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
  • dll

Seorang guru sangat perlu untuk menanyakan keadaan atau kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan. Serta sikap atau perilaku sesuai nilai kebajikan yang diinginkan muncul pada diri mereka. Ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.

Berikut adalah sebuah contoh penerapan segitiga restitusi.

Rizki adalah anak yang supel dan senang bercanda. Tetapi Rizki kadang-kadang melakukan kebiasaan bercandanya pada waktu yang tidak tepat, yaitu pada saat jam pelajaran. Akibatnya beberapa temannya merasa terganggu. Selain itu, tugas-tugasnyapun sering sekali tidak selesai.

Langkah Restitusi yang dilakukan guru adalah:

  • Langkah awal yang dilakukan guru adalah melakukan klarifikasi kebenaran masalah kepada Rizki untuk menghindari kemungkinan dari berprasangka buruk bagi guru, dan juga perasaan merasa difitnah dari murid.
  • Kemudian Guru, menanyakan alasan Rizki melakukan perilaku yang mengganggu teman tersebut. Dari hasil jawaban Rizki ternyata, Ia melakukannya karena merasa sudah akrab dan hanya bercanda saja.
  • Sebagai cara untuk menstabilkan identitas agar Rizki tidak merasa menjadi orang yang gagal, guru dapat mengucapkan kalimat, "wajar jika bercanda dengan teman yang sudah akrab"
  • Guru meminta pendapat murid tentang akibat Jika bercanda pada jam pelajaran baik bagi dirinya sendiri maupun untuk temannya. Ternyata menurut Rizki akibat perbuatannya tersebut temannya akan merasa terganggu dan tugasnya juga tidak akan  selesai, dan tugas-tugasnya sendiri tidak selesai.
  • Selanjutnya guru menanyakan kepada murid apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki kesalahannya. Dan Rizki berjanji tidak akan lagi bercanda dengan teman pada saat pelajaran karena itu dapat mengganggu teman dan akan bercanda akan saya lakukan di luar jam pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun