Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Jokowi] Di Antara Dua Panggung Dagelan

17 Desember 2015   13:51 Diperbarui: 17 Desember 2015   16:30 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi : www.indoheadlinenews.com

 

hahahahahaha
suara pak Presiden terpingkal-pingkal
menikmati dagelan asli di panggung istana
nenertawakan kelucuan
di balik kelucuan yang sebenarnya
*

buahahahahahaha....
suara gaduh di panggung satunya
di gedung kura-kura
gelak tawa rakyat yang sekarat
menatap tingkah mereka di televisi
gelak tawa yang sakit,
tak habis-habisnya dikelabuhi wakil rakyat yang keparat
mereka jungkirbalik logika dan akal sehat
nalar dan nurani pun dicampakkan
bahkan kebenaran berhasil diperalat
*

wakakakakakakakak....
makin riuh kegaduhan dan kelucuan
tak henti-hentinya
di dua panggung satu masa
hampir sama lucunya,
tapi sebenarnya yang di sana lebih lucu
dari panggung lawak aslinya
satu membedakan lainnya
bagai air dan minyak
satunya asli lucu
lainnya pura-pura lucu
satunya menghidupkan
satunya merusak
*

sense of humor presidenku
sungguh tak kalah dengan Butet dan Tarzan
juga Sule dan Parto
dikemasnya kelucuan negeri ini
dalam humanisme silaturahmi
bersama hidangan di meja makan
*

huahahahahahaha
huahahahahahaha
huahahahahahaha
pak presiden menyeka mukanya yang berkeringat
menertawakan kelucuan para tamu
yang kalah lucu dari apa yang sebenarnya beliau tertawakan
“alangkah lucunya negeri ini..” judul film itu tiba-tiba melintas di kepala
yach, benar-benar lucu negeri ini
benang yang basah pun seolah dengan mudahnya ditegakkan
atas nama persekongkolan para mafia
pengendali negeri selama ini
*

 

andai kelak diriku diundang makan bersama pak Presiden
ingin kusampaikan pada beliau
“Pak Presiden, kumohon Bapak segera gantikan
peran sang Sutradara negeri ini “
karena perutku terlalu sakit
menahan tawa tak terselesaikan

**

Jakarta, 17 Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun