Setelah lebih dari 20 tahun, di tahun 2013 kami bertemu dengan para guru yang dulu mendidik dan mengajariku bermacam ilmu. Setelah sekian panjang waktu berlalu, aku takjub dengan penampilan guru-guruku. Mereka masih tampak segar, tak nampak penambahan usia yang signifikan di wajahnya. Padahal kalau melihat raut wajah kami yang dulu menjadi anak didik mereka, banyak yang mulai jelas terlihat penambahan penuaannya melampaui guru-guruku. Bahkan sebagian seperti lebih tua dari guru-guruku. Banyak dari kami yang rambutnya sudah meninggalkan dunia hitam ( beruban), atau botak dikit seperti yang nulis, atau postur tubuh yang nambah gembul karena sudah menjadi bos atau kebanyakan makan.. hehe.
Guru-guruku masih seperti yang dulu. Bahkan sebagian tampak lebih gagah dan ayu. Ibu-ibu guru tampak anggun dalam balutan jilbab, bapak-bapak guru perlente dengan baju batik atau kemeja yang rapi. Mereka tetap berwibawa seperti dulu. Tentu setelah 20an tahun berlalu, banyak pahit manis menjalani hidup sebagai seorang guru telah menjadikan mereka bertambah kebijakan dan kearifannya.
Di sana mereka hidup dalam ritme yang sederhana.  Hidup di desa begitu tenang tak ada hiruk pikuk seperti yang dialami anak didiknya yang sebagian besar menyerbu kota-kota besar yang menawarkan mimpi setinggi langit. Bagi seorang guru, kebahagiaan mereka adalah bersama anak didik. Membimbing dan menularkan ilmu, melihat anak-anak didik berprestasi, berakhlak baik dan menjadi orang. Itulah kebahagiaan mereka, kebahagiaan memberi, kebahagiaan berbagi. Hidup dengan passion sebagai seorang pendidik, seorang pemberi. Bukankah kita sering mendengar, kebahagiaan itu ketika kita sanggup berbagi?Â
Wajah-wajah 20 tahun lalu, masih dengan jelas aku lihat di hari itu. Di bulan Syawal, di tahun 2013 saat kami anak-anak didik membuat janji untuk kumpul bersama, yang sering disebut Reuni. Kami tak asing lagi dengan wajah-wajah para guru, sehingga kami lebih mudah menyapa lebih dulu. Justru guru-guru kami yang sering berfikir dulu, mengingat-ingat siapa yang menyapanya. Maklum sih, sudah puluhan ribu anak didik yang diluluskannya sehingga tak mudah mengingat satu per satu.Â
Â
Bu guru, pak guru..Â
Bahagianya kami bertemu kembali. Tiga tahun bersamamu tak mungkin kami lupakan, karena itulah waktu yang menjadi bagian dari perjalanan hidupku.Â
Bu guru, pak guru..
di hari guru ini, kami mengucapkan selamat hari guru. Doa kami agar bapak dan ibu guru, dan semua guru-guru di Indonesia bisa menjalani profesinya lebih baik lagi, diperhatikan pemerintah kesejahteraannya, dan mampun menjadi para pendidik yang tidak hanya mengajarkan ilmu, melainkan juga menjadi pendidik moral dan budi pekerti manusia Indonesia.Â
Bapak , Ibu..
Terima kasih dari kami semua,
Maafkan jika belum bisa membalas dengan setimpal atas kebaikanmu selama ini.
 salah satu bunga yang sempat kupotret di pagi hari, di taman SMPku  *(docpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H