Apa kabar kampungku? Dua lebaran yang lalu terakhir aku mengunjungimu. Saat itu adalah Idul Fitri yang ke 1434. Adakah perubahan pada kampungku kini di bulan Syawal 1436 H yang tinggal 4 hari lagi? Sudah tak sabar rasanya menginjakkan kaki ini di tanah kelahiranku.
Terbayang di sana masa kecil yang penuh keceriaan. Bermain dan mandi di sungai, petak umpet di balik pohon jati atau trembesi, menangkap belut dan ikan di sawah, mengumpulkan kayu bakar dari ranting-ranting kering, memancing ikan di sungai yang dulu melimpah berbagai jenis ikan, mencari jangkrik di sela-sela tanah dan batu di musim hujan, memanjat pohon jambu atau sawo, bermain pistol dan ketapel buatan sendiri, bermain layang-layang dengan ekornya yang panjang buatan sendiri, bermain mobil-mobilan dari kulit jeruk atau kayu sisa-sisa pekerjaan tukang kayu, dan banyak lagi permainan yang mudah didapat di pekarangan dan alam sekitar. Sungguh masa itu menjadi kenangan paling indah masa kecil. Berbeda sekali dengan generasi anak-anak sekarang yang hidup dimanja teknologi dan barang-barang konsumtif di zaman dengan kecanggihan teknologi luar biasa ini. Beragam jenis mainan dan permainan tersedia di banyak tempat. Bahkan permainan virtual yang dulu tak terbayangkan oleh anak-anak dahulu sekarang akrab dimainkan oleh anak-anak balita dengan gadget canggih berbasis Android. Yach, setiap anak tentu punya masa dan zamannya sendiri. Tapi kadang aku ingin sekali waktu anak-anak bisa merasakan dan mengenal apa yang pernah dilakukan orang tuanya dahulu saat kecil. Merasakan masa kanak-kanak yang indah ala orang kampung, minimal saat pulang lebaran.
Dan tahukah apa yang sangat ingin aku lakukan di kampung saat mudik nanti. Silaturahmi, bertemu handai taulan itu pasti. Karena itu tujuan utama mudik lebaran. Namun ada sisi lain keinginan yang mungkin bagi orang lain amat sepele. Memancing di sungai bersama anak-anakku . :) Kurasa sebagian teman-teman mudik pun punya keinginan sepele yang ingin dilakukan saat pulang kampung. Misalnya ingin makan sayur atau sambel tempe yang setengah busuk, ingin pergi ke tempat tertentu dan merasakan aura masa lalu, misalnya. Pendek kata, ada keinginan menyentuh masa lalu dengan menghadirkan suasana atau melakukan hal yang sama seperti dilakukan di masa lalu.
Dan kali ini aku hanya ingin memancing di sungai. Bersama anak-anak mungkin aku bisa bercerita, mengenalkan dan menghadirkan kebahagiaan dan keceriaan masa lalu bagaimana rasanya mendapatkan ikan dengan peralatan sederhana yang dirakit sendiri. Hanya bermodal belahan bambu yang diserut dengan sabit lalu dirangkai dengan benang dan mata pancing yang mudah dibeli di warung-warung. Umpannya pun cukup mengorek-ngorek tanah basah di persawahan, di situ akan ditemukan banyak cacing tanah yang disukai ikan. Keinginan yang amat sederhana ya? :)Â Tapi sungguh, kadang hal-hal sederhana seperti itu bisa membuat bahagia. Sulit untuk menjelaskan bagaimana bahagianya. Karena bagiku kebahagian tak harus berupa kemudahan dan kemewahan.
Ayo anak-anakku, ikut ayah memancing di sungai.
Jakarta, 13 Juli 2015
Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H