Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di balik Musibah Si Dul

17 September 2013   17:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:45 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecelakaan mobil yang menimpa si Dulbelum lama ini menjadi pukulan telak bagi sang ayah, Ahmad Dhani. Bagaimana tidak terpukul saat menjumpai sang anaklah yang menjadi penyebab hilangnya 7 nyawa dan 8 orang lainnya luka parah dalam tabrakan maut yang sangat dramatis pada tengah malam tanggal 7 September 2013 jam 12.45 WIB silam. Sebagian komentar masyarakat lebih banyak menyudutkan Ahmad Dhani yang dinilai lalai mengasuh anak hingga si Dul yang baru berumur 13 tahun nekad mengendarai mobil di jalan tol. Di tambah lagi sebagian penilaian masyarakat selama ini terhadap sosok Ahmad Dhani yang sering berperilaku kontroversial dan terkesan sombong, semakin menambah hebohnya pemberitaan di berbagai media.

Tentu ini sebuah peristiwa yang memilukan baik bagi keluarga Ahmad Dhani dan juga sang Ibu Maia Estianty yang selama ini sulit menemui si Dul karena arogansi sang ayah, maupun keluarga para korban akibat kesalahan fatal seorang bocah berumur 13 tahun yang belum saatnya memiliki izin mengemudikan mobil. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Seorang Ahmad Dhani tentu harus menanggung konsekwensi sebagai orang tua. Ahmad Dhani harus bertanggung jawab membantu para korban dan keluargannya dengan membiayai semua biaya rumah sakit berikut penguburan jenasahnya. Dan bersyukur Ahmad Dhani melaksanakan tanggung jawabnya terhadap para korban dengan simpatik. Selain itu anak-anak keluarga yang kini menjadi yatim sepeninggal para ayah mereka dijanjikan untuk dibiayai sekolahnya hingga S3. Semoga Ahmad Dhani memegang janjinya. Untuk hal ini Ahmad Dhani patut mendapat apresiasi dan penilaian positif.

Musibah seperti ini tentu bisa dialami oleh siapa saja. Tidak hanya bagi Ahmad Dhani yang menjadi potret sebuah keluarga yang retak. Sebuah musibah selalu ada sebab dan musabab yang mengawalinya. Melalui sebab dan akibat itu pulalah ada sebuah benang merah yang patut dijadikan cermin buat siapa saja, tidak hanya bagi keluarga Ahmad Dhani.

Seorang anak pada akhirnya akan menjadi korban dari keegoisan pasangan yang melakukan perceraian. Masa remaja si Dul yang sedang sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu, namun ia harus bergulat dengan rasa kepedihan dalam pencarian jatidiri. Meskipun nampak dari luar kebutuhan fisik dan berbagai kesenangan hidup serba terpenuhi.Namun, itu tak bisa dan tak cukup menggantikan kebutuhan seorang anak akan sosok ibu.

Dan kini berita, si Dul saat sedang dekat-dekatnya dengan sang ibu. Ahmad Dhani tak lagi mampu malarang-larang sang ibu untuk menemui anaknya. Mudah-mudahan ini menjadi berkah dan kebahagiaan buat Si Dul, meski di saat yang bersamaan dia tetap harus menjalani proses hukum akibat kelalaiannya. Kehadiran seorang ibu yang selama ini menjadi barang mewah, tentu punya kesan yang mendalam bagi seorang bocah seperti Dul.

Lain dari itu, Ahmad Dhani pun telah bersedia memberi ganti rugi kepada para korban dengan penuh tanggung jawab. Ini cukup memberi arti yang positif. Harta Ahmad Dhani akan menjadi lebih bermanfaat untuk kemanusiaan seperti ini, dari pada selama ini lebih banyak dipakai untuk pemenuhan gaya hidup yang serba glamour dan super wah di tengah-tengah banyaknya kemiskinan masyarakat.

Barangkali peristiwa ini sudah menjadi suratan takdir agar bisa menaikkan derajat seorang Ahmad Dhani dengan sedikit demi sedikit melunturkan arogansinya di saat berada dalam masa kejayaan sebagai artis terkenal. Akankah kisah ini berakhir dengan happy ending, misalnya rujuknya Ahmad Dhani dan Maia Estianty? Kita tak pernah tahu akhir dari skenario sang pencipta. Yang lebih penting adalah bagaimana belajar dari setiap kejadian baik itu musibah maupun anugerah.

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun