Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Musik Pertengahan

1 November 2012   08:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pernah kudengar sebuah musik mengalun tanpa ruh membebaskan tanpa batas menuhankan akal hingga jiwa liar berselimut hawa nafsu, ego dan pengagungan rasionalitas *

lalu kudengar  sebuah musik yang lain dimainkan dengan sangat kaku keras dan memekakkan telinga hanya dengan satu dua nada seperti hitam dan putih tak peduli akan keragaman manusia dengan sejuta cita rasa *

hingga pada suatu ketika kudengar  sebuah musik mengalun penuh harmoni tak memekakkan telinga pun memecahkan gendang telinga syahdu hingga menembus titik kemanusiaan dan kehambaan manusia *

begitulah sejatinya agama seperti musik yang dimainkan dengan cantik menyejukkan dan melembutkan hati menuntun hamba mencintai Tuhannya *

itulah musik yang diajarkan sang mursyid yang tak memekakkan telinga indah dan sejuk menyentuh kalbu mendamaikan kehidupan

#Jakarta, 1 November 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun