Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Marawis, Tanjidor, Gambang Kromong di Mata Jokowi

26 September 2012   03:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:40 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mulai dari Jakarta kita akan merasakan memiliki pemimpin yang punya kepedulian dengan budaya lokal. Pemimpin yang bangga dengan kesederhanaan dan percaya diri dengan kemampuan sendiri. Itulah karakter calon gubernur DKI yang hampir dipastikan akan menjadi gubernur DKI periode 2014-2017 dan akan dilantik pada tanggal 7 Oktober 2012.

Penolakannya terhadap keinginan DPRD DKI yang telah menganggarkan biaya pelantikan sebesar 820 juta rupiah ditolaknya dengan alasan beliau ingin upacara pelantikan dilakukan dengan sesederhana mungkin. Tidak perlu mengeluarkan dana yang tak penting hanya untuk sebuah acara pelantikan.

Untuk pertama kalinya mengawali jabatannya sebagai gubernur, Jokowi mengajarkan sebuah sikap yang patut diteladani oleh para pejabat lainnya. Sebuah sikap yang sangat sesuai dengan kondisi Jakarta yang membutuhkan manajemen pengelolaan provinsi dengan sangat cermat. Mengingat masih banyak pekerjaan rumah dan amanah yang maha berat yang akan diemban oleh Jokowi dan Basuki sebagai gubernur baru. Makanya, sungguh luar biasa kebijakannya setelah Quick Count mengumumkan hasil pemenang pilkada. Meskipun menang, Jokowi dan Basuki tak mau berpesta pora menyikapi kemenangannya. Mereka sadar, tantangan akan dihadapi saat menjadi gubernur tak layak untuk dimulai dengan pesta pora.

Pada upacara pelantikan nanti, sedianya DPRD sudah mempersiapkan anggaran dengan memanggil dua artis terkenal. Namun Jokowi tak berkenan, dan justru meminta untuk memanggil kesenian Betawi seperti marawis, tanjidor dan gambang kromong yang tentu biayanya akan lebih hemat dibanding menyewa artis. Di samping itu, dengan hadirnya kesenian lokal, tentu ini merupakan sebuah penghargaan dan sikap melestarikan budaya dengan tindakan konkrit oleh seorang pejabat.

Ke depan, barangkali akan kita saksikan bagaimana keragaman daerah kembali menjadi icon yang membanggakan. Kekayaan budaya akan kembali kita sadari merupakan harta berharga bangsa ini, dan harapannya negara Indonesia akan sanggup bangkit dan keluar dari sikap inferior menghadapi negara lain. Lihatlah bangsa Jepang, mereka masih setia dan bangga mempertahankan budayanya, seperti pakaian kimono, samurai, upacara minum teh, dan sebagainya. Dan di Indonesia lebih khusus di Jakarta, sangat banyak pula kesenian muatan lokal yang belum dioptimalkan dan dilestarikan dengan baik.

Harapan kita Jokowi akan konsisten dan komit dengan perhatiannya terhadap kesenian Betawi. Seperti janjinya sewaktu kampanye, akan dimulai dari PNS setiap hari Kamis memakai pakaian Betawi. Semoga kita semua bisa mendukung program-program Jokowi untuk bidang sosial budaya ini. Kita sudah lama kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Sudah lama kita dibuai dan terpesona dengan budaya asing sambil pelan-pelan meninggalkan dan malu dengan budaya sendiri.

Alangkah indahnya, Indonesia dengan keragaman budaya. Semboyan Bhineka Tunggal Ika akan semakin kita rasakan di bawah pemimpin yang amanah dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Tak ada salahnya kita berharap, dan mungkin sudah saatnya kesenian daerah terangkat.

#Jakarta, 26 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun