Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yang Dikhawatirkan Jika Jokowi Menang

28 Agustus 2012   10:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 1777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal-awalnya isu SARA memang cukup masuk akal sebagai alasan timses dan partai politik pendukung Foke-Nachrowi berkampanye untuk memilih Foke-Nachrowi. Namun seiring berjalannya waktu hampir 90 % partai pendukung merapat ke kubu Foke. Dan kita tahu bahwa permainan uang dan korupsi yang melibatkan partai politik sudah melampaui ambang batas sehingga membuat negara ini hampir kolaps dan bangkrut. Ada hal yang janggal mengapa mereka beramai-ramai mengeroyok Jokowi ? Sampai-sampai seorang Ketua DPR di mana lembaganya merupakan sarang korupsi yang tidak kepalang tanggung turut berkampanye. Padahal sebagai pejabat publik sungguh tidak elok melakukan hal seperti itu, apalagi dengan kedudukannya sebagai anggota DPR yang seharusnya netral dari hingar-bingar pilkada.

Sebagaimana kita tahu Jokowi-Ahok dikenal bersih, tegas dan berani. Karakter seperti ini yang langka dan tentu saja ditakuti di tengah pesta pora memperebutkan kue di negara yang hutangnya semakin menggunung ini ( nyaris Rp 2000 Triliun ).  Barangkali sudah terbayang jika sosok Jokowi yang berpotensi menjadi pemimpin masa depan melakukan pembersihan. Tentu disamping tidak kebagian kue lagi, penjara pun bisa jadi akan menunggu mereka.

Inilah hal-hal yang membuat kandidat yang dulunya kontra Foke, justru sekarang berubah mesra. Mereka para penghembus SARA itu sejatinya tak benar-benar membela keimanan mereka, tetapi justru menjual ayat untuk syahwat kekuasaan. Agama selama ini memang sering dijadikan alat dan kuda tunggangan. Padahal sehari-hari banyak perbuatan mereka bertentangan dengan ajaran-ajaran agama. Banyak kontradiksi apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka bicarakan. Bicaranya hanya mengikuti ke mana arah angin politik berhembus, ke mana keuntungan-keuntungan finansial dan kekuasaan mengarah, di situlah mereka akan hinggap. Tidak peduli lagi suara rakyat maupun hati nurani. Tidak peduli lagi idealisme perubahan atau status quo, semua bisa dikompromikan. Permainan kata-kata menjadi andalah dalam argumentasi. Padahal masyarakat kian cerdas dan bisa merasakan mana pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja dan mana yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, partai atau golongan. Dan saya yakin, masyarakat Jakarta sudah semakin cerdas dan tak bisa dibodohi lagi untuk yang entah ke berapa kalinya.

#prihatin dengan agama yang dibuat bahan mainan dan propaganda berselimut kemunafikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun