Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sehatkah Tinggal di Apartemen?

24 Mei 2012   12:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:52 2016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu, 13 mei 2012 penulis berkesempatan berkunjung ke sebuah apartemen. Tepatnya apartemen tempat tinggal teman istri yang berlokasi di apartemen Kalibata City Jakarta Selatan. Kunjungan itu menambah pengalaman baru bagi penulis tentang suasana kehidupan di lingkungan apartemen meskipun sepintas. Kurang lebih dua jam kami bersama istri bertamu.

Ada 10 Gedung Apartemen di kawasan Kalibata City. Di dalamnya dilengkapi prasarana umum, seperti mall, lapangan olahraga, sekolah TK, warung-warung di seputar gedung. Dan tentu saja areal parkir yang disediakan 24 jam bagi para pemilik apartemen.

Kami mengunjungi salah satu gedung apartemen dan naik ke lantai 10. Total lantai gedung berjumlah 17 lantai. Sepanjang lorong kami menatap tembok di kanan dan kiri. Yang nampak membedakan hanyalah nomor-nomor blok dan pintu masuk apartemen. Selain itu nampak beberapa tangga darurat dan pintu lift di dua sisi gedung.

Sampailah kami di alamat yang dituju. Kami langsung disambut di kamar tamu dengan meja kecil dan  sofa minimalis. Kursi plastik di sediakan untuk tamu yang tidak mendapat tempat duduk, dan jika sudah tak ada tamu kursi bisa diringkas dengan menumpuknya. Selain kamar tamu nampak dua kamar tidur, dapur dan kitchen set yang menyatu dengan kamar tamu.  Kamar mandi kecil berdampingan dengan tempat jemuran berukuran kotak, kira-kira 1.5 X 1.5 m. Yang jelas situasi di dalam apartemen dirancang sepraktis dan seminimalis mungkin.

Di ruang tamu mereka paling banyak menghabiskan waktunya. Bercengkerama bersama kedua anaknya, menonton TV, menyambut tamu, mengerjakan banyak pekerjaan dan banyak aktifitas dilakukan di ruang tamu dengan sofa yang menjadi primadona untuk tempat beristirahat. Namun, keterbatasan gerak  sepertinya sudah biasa bagi mereka, dan tampak sudah siap dengan kehidupan seperti itu.

Sempat dalam perbincangan tuan rumah menceritakan latar belakang menjatuhkan pilihan membeli apartemen dan menjadikannya tempat tinggal. Sebenarnya sebelum tinggal di apartemen, mereka sudah memiliki rumah biasa sebagai tempat tinggal ( istilah lainya : landed house). Namun rumah itu jarang ditempati, karena jarak ke tempat kerja cukup jauh. Setiap hari bergelut dengan kemacetan hingga sangat menyita waktu dan boros biaya transportasi. Apalagi jika mengendarai mobil sendiri.  Akhirnya sepasang suami istri itu memutuskan untuk tinggal di apartemen yang berjarak dekat dengan tempat kerja mereka. Kebetulan suami istri tersebut dua-duanya aktif bekerja.

Untuk sebagian besar masyarakat kita mungkin tak terbayang jika suatu saat kemungkinan akan tinggal di apartemen. Suasananya jauh berbeda dengan kebiasaan tinggal di rumah biasa. Bayangkan, setiap hari view atau pandangan yang dihadapi adalah  dinding tembok dan dinding tembok lagi, tentu berpotensi menimbulkan kejenuhan. Beruntung mereka yang siangnya bekerja tidak setiap waktu di dalam ruangan. Namun untuk anak-anaknya dan juga pembantu rumah tangga tentu lebih berpotensi merasakan kejenuhan itu. Meskipun di luar gedung tersedia sarana permainan dan hiburan yang memanjakan, namun tentu tidak senyaman di sebagaimana tinggal di rumah biasa, di samping tentu akan menambah banyak pengeluaran atau biaya.

Namun begitu tinggal di apartemen pun ada enaknya juga. Mau perlu apapun sudah tersedia dan dekat. Kebersihan dan keamanan sudah dikelola pihak manajemen apartemen. Tinggal kekuatan finansial saja yang perlu disiapkan.

Yang masih menyisakan pertanyaan, sehatkah tinggal di lingkungan apartemen seperti itu? Apakah suasana sosialnya bisa seperti layaknya sebuah lingkungan di landed house ? Siapkah kita akan kehidupan yang cenderung individualis, atau masih  adakah suasana kebersamaan antar penghuni apartemen ? Mudah-mudahan seiring perkembangan ke depan, hal-hal seperti ini tak luput dari pemikiran dan perbaikan demi mendapatkan kenyamanan hidup dan bertempat tinggal.

Barangkali inilah sebuah perkembangan zaman yang sekarang atau kelak tak terhindarkan. Di tengah semakin mahalnya harga rumah dan tanah, juga problem kemacetan, banjir dan tata kota yang masih semrawut, alternatif tinggal di apartemen akan menjadi sebuah pilihan banyak orang. Mungkin di masa depan anak cucu kita akan menjadi bagian dari kehidupan seperti itu dan menjadikannya sebagai sebuah kelaziman ?  Tuntutan zaman yang akan menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun