Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengintip Dan Bermimpi di Acara Intip Buku, iB Perbankan Syariah dan Kompasiana

30 April 2012   06:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:56 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis saat ini sudah bukan monopoli para wartawan, kolumnis , atau para sastrawan. Menulis sudah menjadi dunia orang biasa “ , demikian salah satu kalimat yang mencerahkan dari Kang Pepih Nugraha.  Presentasi pertama dari pembicara yang juga wartawan Kompas ini mengupas masalah dunia kepenulisan yang mengalami perkembangan luar biasa di era merebaknya media sosial network dengan teknologi informasinya. Sehingga siapapun dari kita, dengan latar belakang apapun punya kesempatan yang sama untuk melakukan kegiatan menulis maupun jurnalistik.

Itulah salah satu cuplikan presentasi atau ceramah yang dibawakan pembicara pertama sesi pertama, di acara Intip Buku, yang dimotori oleh Omjay ( kompasioner Wijaya Kusuma ) bersama Kompasiana dan iB Perbankan Syariah, pada hari Sabtu 28 April 2012 jam 9.00 – 13.30 WIB , bertempat di Aula Perkantoran Gedung Syafrudin Prawiranegara Lantai 3 , Bank Indonesia,  Jl. MH. Thamrin Jakarta Pusat. Pembicara lainnya adalah Taufiq Effendi , Dosen muda UNJ yang juga penulis jurnal ilmiah yang sukses ,Imam FR Kusumanigrat, seorang mahasiswa UIN Jakarta yang telah menulis Buku "Jadi Jurnalis Itu Gampang" , Johan Wahyudi , penulis sukses buku pelajaran Bahasa Indonesia , Isjet (Iskandar Zurkarnaen ) seorang Admin Kompasiana  dan OmJay (Wijaya Kusumah), kompasianer yang saat ini sudah menulis beberapa buku, di antaranya "Menulislah Setiap Hari Dan Buktikan Apa Yang Terjadi", juga pakPrayitno Ramelan , seorang kompasioner yang juga seorang purnawirawan, dan juga sering disebut sebagai Bapak Kompasianer . Beliau  telah menulis buku berjudul "Intelijen Bertawaf".

13466582761289030495
13466582761289030495

Acara Intip Buku dibagi menjadi 2 Sesi, Sesi Pertama menampilkan 3 Pembicara , Kang Pepih, Imam FR Kusumaningrat dan Taufiq Effendi.

Seperti tertulis di paragraf pertama di atas, kang Pepih menekankan bahwa saat ini adalah eranya orang biasa bisa masuk dan mendapatkan akses yang sama dalam dunia menulis. Makanya ada istilah yang saat ini populer dengan istilah Citizen Journalism ( atau Jurnalisme Warga ). Diuraikan juga oleh Kang Pepih, apa itu Journalism. Beberapa bahasa di dunia memiliki akar kata Journalism, di antaranya : Journalism diambil dari bahasa Latin (Roman) sebagai “Diurna”, tepatnya “acta diurna” atau catatan dari anggota Senat, dalam bahasa Perancis menjadi Journaux, belanda Jurnalistiek. Bahasa Indonesia menjadi jurnalisme (diambil dari bahasa Inggris, Journalism), yang kesemuanya hampir bermakna sebagai sebuah ilmu bagaimana menulis tentang peristiwa-peristiwa keseharian.  Namun, sebutan Jurnalisme Warga mungkin terkesan terlalu tinggi sehingga Kang Pepih lebih suka menyebutnya "Citizen Reporter " , dengan makna "Warga yang melaporkan ". Apa yang dilaporkan ? Ya, bisa kejadian sehari-hari di mana ada kecenderungan khalayak ingin dan perlu tahu hal-hal yang dilaporkan. Misalnya, tentang peristiwa kriminalitas, penembakan di sebuah kota  atau komplek perumahan, dan sebagainya.

Jadi inti yang dibicarakan oleh Kang Pepih adalah, ajakan agar jangan berkecil hati untuk menjadi seorang penulis jika memang ada kemauan menulis. Karena saat ini kesempatan itu terbuka lebar dengan adanya teknologi informasi yang memudahkan.

Pembicara berikutnya adalah  Imam FR Kusumaningrat . seorang yang masih berstatus mahasiswa namun sudah berhasil menulis sebuah buku berjudul "Jadi jurnalis itu Gampang". Awalnya Imam kurang percaya diri untuk menuliskan buku tersebut, karena statusnya sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Islam kok menulis buku tentang Jurnalisme ? Namun berkat dorongan orang-orang dekat di sekitarnya, bahwa jika memang buku itu bermanfaat buat orang banyak termasuk penulis, maka tidak perlu ragu untuk menuliskannya. Maka berawal dari ketertarikannya dengan media blog yang kemudian berkembang lebih populer dengan adanya citizen journalism maka mas Imam ingin mengetahui lebih jauh tentang citizen journalism. Namun karena sulit menemukan referensi yang dicari, maka menjadikannya terdorong untuk menuliskan mengenai citizen journalism dengan sudut pandang dirinya, sekaligus membuktikan bahwa menjadi jurnalis itu gampang.

Dan Pembicara terakhir di sesi pertama adalah  Taufiq Effendi, seorang dosen Bahasa Inggris di UNJ ( Universitas Negeri Jakarta ). Meskipun memiliki keterbatasan fisik sebagai seorang tuna netra karena musibah kecelakaan saat SMA, namun sosok Taufiq Effendi adalah sosok pejuang hidup lewat dunia kepenulisan yang mengantarkannya mampu keliling dunia dengan beasiswa-beasiswa yang diraihnya. Prestasinya dari menulis jurnal ilmiah ke sebuah internasional conference, mengantarkannya untuk menempuh pendidikan S-2 di London.

Pengalamannya berjuang mengatasi kekurangan fisiknya, ternyata tak sia-sia. Dan ini tentu menjadi inspirasi buat semua bahwa keterbatasan tak selalu menjadi faktor kegagalan. Untuk membaca sebuah buku semacam novel saja, ia harus menscan lembar demi lembar yang memakan waktu bisa seminggu full, lalu dikonversi ke file digital dalam bentuk audio. Belum lagi waktu untuk membacanya atau mendengarkannya. Namun ini tak menyurutkan semangatnya untuk selalu membaca.  Jika dia yang tuna netra saja mampu menulis mengapa yang diberikan kelengkapan fisik enggan melakukannya, inilah barangkali inspirasi besar yang didapat dari presentasi seorang Taufiq Effendi.

13466583431920621862
13466583431920621862

Setelah coffee break selesai sekitar jam 10.45 , di mulai kembali sesi ke dua. Terlebih dahulu Pak Pray ( Prayitno Ramelan ) tampil ke mimbar memberikan wejangan atau nasehat sambil berbagi pengalaman. Satu yang menjadi point terakhir beliau, "Hati-hati dalam menulis, karena bagaimana pun jangan sampai niat baik kita menulis bisa terjerat undang-undang ITE ".  Banyak hal yang beliau ceritakan mengenai pengalamannya menulis di usia tua ( 65 tahun usia beliau saat ini ). Menulis baginya adalah ibadah, berbagi kebaikan karena di usia tua apalagi yang dicari ? lanjut beliau. Dan baginya, menulis adalah salah satu jawaban mengapa sampai saat ini ia masih segar dan tidak pikun. Karena dengan menulis pikirannya selalu bekerja penuh semangat, dan menulis adalah aktifitas yang membahagiakan.

Dengan adanya media kompasiana saat ini pak Pray menghimbau agar kita memanfaatkannya sebaik mungkin.  Negara kita sangat jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam hal menulis. Bahkan dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, apalagi Jepang. Maka di hadapan para guru ia  menaruh harapan untuk dapat menciptakan generasi yang cerdas dan berakhlak , di antarannya dengan kegiatan menulis.

1346658405632125285
1346658405632125285

Nah, di sesi ke dua cukup seru dengan pembicara-pembicara yang cukup unik. Dimoderatori oleh pak Agus Hermawan, pembicaraan dimulai dari  Pak Johan Effendi , seorang pendidik dari Sragen ( Sragentina dia kerap menyebutnya ) dengan spesialis guru bahasa Indonesia yang cukup berhasil dan sukses menulis buku. Sudah 38 buku ditulisnya. Wow.. fantastik bukan ? Di usianya yang ke 40 sudah berhasil menulis buku sebanyak itu, dan saat ini hasil royaltynya sudah diinvestasikan dalam bentuk usaha minimarket dan toko buku online. Jika tertarik untuk belajar ke beliau, dipersilahkan untuk mampir ke Sragen. Boleh kan Pak ?

Dengan gaya bicara yang khas, pak Johan memaparkan pengalamannya dengan berapi-api dan agak cepat. "Habis bagaimana, cuman dikasih waktu 15 menit" , kata beliau berulang-ulang. Kalau dihitung ada 9 kali pak Johan mengucapkan kata "15 menit" , dengan mimik lucu bernada protes pada panitia...hehehe.. sabar ya Pak Johan. Banyak sekali tips-tips yang diberikan bagaimana menulis buku teks pelajaran sekolah. Di antaranya "Bagaimana Menembus Penerbit ", "Bagaimana Jika Diterima Penerbit", Bagaimana Jika Ditolak Penerbit ", dan Filosofi Menulis menurut Pak Johan.

Dalam menulis, Pak Johan memiliki filosofi sebagai berikut  : Penulis adalah guru yang baik Penulis adalah pendengar yang baik Penulis adalah pembaca yang baik Penulis adalah pembicara yang baik Penulis adalah pencuri yang baik Maka jangan heran, dalam setiap pembicaraan pun Pak Johan selalu siap "mencuri", dan tidak berapa lama akan muncul postingannya di kompasiana. Tentu saja mencurinya positif ya Pak, trims filosofinya.

Lalu berikutnya ganti mas Isjet ( Iskandar Zurkarnaen ) mendapat giliran. Beliau adalah sosok muda lulusan Gontor dan Fakultas Ekonomi UIN ( Universitas Islam Negeri ) Jakarta.

13466584801203675319
13466584801203675319

Gambar di atas memperlihatkan seorang "guru besar" Omjay dan "guru kecil" pak Johan diapit Admin kompasianer mas Isjet, tengah presentasi dengan gayanya masing-masing yang unik.

Iskandar Zulkarnaen , sebagai Admin Kompasiana mencoba untuk menjelaskan apa itu Kompasiana. Karena ternyata banyak dari audiens yang belum tahu atau belum bergabung dengan kompasiana. Kompasiana adalah wahana menulis kroyokan atau blog kroyokan yang saat ini sudah ratusan ribu anggota dengan setiap harinya rata-rata 1200 artikel dikirim di kompasiana. Sehingga tidak heran jika Kompasiana menjadi citizen reporter terbesar di Asia Tenggara. Bahkan banyak warga tetangga Malaysia yang menjadi members Kompasiana.

Lewat media kompasiana, kita bisa menulis tanpa dibatasi oleh aturan-aturan redaksional yang kaku seperti media penulisan pada umumnya. Apa yang ditulis bisa langsung dipublikasi dalam kolom terbaru kompasiana, dan juga ada kolom Highlight, Terekomendasi, Teraktual , Terpopuler dan Head Line. Hampir mirip dengan media cetak lainnya, Kompasiana juga dibagi dalam banyak rubrik, diantaranya rubrik Berita, Politik, Humaniora, Ekonomi, Olahraga, Wisata, Kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu, dengan kemudahan menulis di kompasiana mas Isjet mengajak audiens untuk segera bergabung di Kompasiana.

Hingga tibalah giliran sang "guru besar" Omjay menyudahi acara sebagai pembicara terakhir. Omjay mengawali pembicaraannya dengan asal muasalnya mengapa ia tertarik dengan dunia menulis. Saat pertemuannya dengan Onno W. Purbo yang tidak mau menjadi seorang pekerja kantoran atau pun mendirikan sebuah perusahaan, tapi justru menikmati hidupnya dengan menulis. Menulis ternyata mampu membahagiakan sekaligus menghidupi seorang Onno W. Purbo. Dengan menulis ia diundang ke mana-mana untuk menjadi pembicara berbagai event dan makalah seputar dunia IT yang menjadi bidang dan minatnya. Dari sinilah Omjay terinspirasi untuk mendalami dan terjun di dunia menulis.

Dan kini, seorang Omjay telah berhasil menulis sebuah buku yang cukup memprovokasi berjudul "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi !" .

Omjay, berpesan agar banyak-banyaklah membaca, karena itu adalah sumber inspirasi utama. Juga tekunlah menulis, setiap hari cobalah untuk menulis walaupun hanya satu atau dua alinea. Cobalah menulis sebelum tidur, atau kapan pun dalam setiap hari di mana anda merasa nyaman menulis. Maka, lambat laun kebiasaan menulis akan menjadi sebuah kebutuhan sebagaimana makan dan minum.

Satu trik atau tips jika ingin menulis sebuah buku. Janganlah membayangkan atau menuliskan terlebih dahulu bab demi bab sebagai kerangkanya, apalagi untuk penulis yang baru belajar. Ini akan membebani , dan pada akhirnya akan membatalkan rencana untuk menulis karena bebannya sudah demikian berat. Cobalah untuk menulis setiap hari secara konsisten. Satu hari satu tulisan saja, dan bayangkan dalam sebulan 30 tulisan sebagai hasilnya, jika setahun 360 tulisan. Jika kontennya cukup konsisten tinggal disusun dalam sebuah buku, dan dilakukan sistematisasi dengan menempatkannya ke dalam bab demi bab. Begitu tips yang diajarkan oleh Omjay.

Wah ternyata membuat buku tak sesulit yang dibayangkan ya, asal punya komitmen dan ketekunan belajar menulis. Inilah oleh-oleh yang sangat berharga dari event yang bernama INTIP BUKU. Sebuah event yang tak hanya membolehkan mengintip, tapi membuka tips-tips menulis sebuah buku. Semoga iB Perbankan Syariah, Kompasiana dan team Event Organizer MeetPro tak bosan menyelenggarakan acara semacam ini lagi, demi kemajuan dunia kepenulisan dan secara tak langsung akan memajukan SDM-SDM di negara kita  Indonesia. Amin.

13466585561915113005
13466585561915113005

13466586051713661154
13466586051713661154

13466586571811340875
13466586571811340875

Kita kasih kesempatan wartawan kita ( Pak Yusuf untuk berpose - paling kiri dengan ekspresi khasnya )... hehehe

13466587212001567621
13466587212001567621

1346658772303084637
1346658772303084637

Demikian liputan acara kopdar yang baru pertama saya ikuti, semoga menambah semangat untuk menghadiri kopdar-kopdar berikutnya. Terima kasih untuk penyelenggara event ini atas kesempatannya, terutama Omjay yang telah memotori acara yang super seperti ini. Selamat dan sukses untuk acaranya.

Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun