Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangkitkan dan Memelihara Motivasi Untuk Menunaikan Ibadah Haji

22 September 2014   20:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para undangan bapak-bapak

Pada hari Ahad, 21 September 2014 bersama istri saya menghadiri undangan walimatussafar atau tasyakuran haji salah satu tetangga. Dalam setiap acara tasyakuran haji selalu ada acara khutbah atau ceramah untuk memberikan wejangan, motivasi dan juga bisa semacam pembekalan untuk sohibul hajat agar saat keberangkatan dan selama menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekah berjalan dengan lancar dan khusuk.

Pada undangan kali ini saya sempat mencatat poin-poin yang disampaikan oleh Ustadz Bakrun Syafei, yang juga pimpinan Pondok Pesantren Rahmania Cilodong, Depok – Jawa Barat. Beliau membawakan tema beberapa bagaimana menggapai haji Mabrur.

Pada pembukaan ceramahnya Ustadz mengawalinya dengan pentingnya rasa syukur pada diri kita sebagai muslim yang memiliki semangat untuk menjalankan rukun Islam yang ke lima. Semangat menjalankan rukun Islam ini adalah anugerah Allah yang perlu disyukuri. Banyak saudara kita yg tak mampu tapi memiliki keinginan kuat untuk menjalankan ibadah haji, sementara yang memiliki harta berlebih malah terkadang belum ada niat utk menjalankannya. Makanya, semangat ini perlu dipupuk agar selalu terjaga sehingga kita tidak lalai menjalankan syariat Islam, apalagi bagi yang mampu itu merupakan sebuah kewajiban yang akan menjadi berdosa jika tak segera menunaikannya.

Nah, untuk yang akan menjalankan ibadah haji hendaknya diperhatikan dan disiapkan betul-betul agar ibadahnya tidak sia-sia dan tentunya cita-cita menjadi haji mabrur terus diupayakan semaksimal mungkin.

14113666761303837565
14113666761303837565
Ustadz Bakrun Safei tengah memberikan ceramah

Lalu apa kiat-kiat menjadi Haji Mabrur?

1. Niat Ikhlas.

Niat haji haruslah semata-mata memenuhi panggilan Allah Swt. Sebagaimana terlantun dalam kalimat talbiyah yang selalu dikumandangkan oleh mereka yang berhaji: Labbaik, Allahumma Labbaik Labbaik. laa syariika laka labbaik innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika laka .
Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sungguh segala puji dan nikmat adalah milikMu, begitu juga seluruh kerajaan, tiada sekutu bagiMu.

Jadi semata-mata karena panggilan Allah lah seseorang melaksanakan ibadah haji, bukan keinginan untuk mendapatkan gelar haji, bukan keinginan untuk berwisata. Niat-niat yang tidak sejalan dengan tujuan berhaji seyogyanya ditanggalkan sebelum berangkat berhaji. Niat-niat seperti ini yang akan merusak ibadah haji.

2. Ikuti pembimbing dengan baik

Terutama untuk ibadah haji pertama, tentu masih belum terbayang seperti apa kondisi perjalanan haji. Adanya pembimbing haji akan memudahkan pelaksanaan dan menghindari kekeliruan pelaksanaan.

Menurut ustadz Bakrun yang sudah sering menjadi pembimbing haji, bahwa sebenarnya ibadah haji itu mudah, jangan sampai terbelenggu dengan bacaan yang tidak harus harus dibaca/dihafal namun memaksakan diri membacanya secara lengkap sehingga menyebabkan tertinggal dari rombongan dan tidak bisa mengikuti apa yang petunjuk dan tuntunan dari pembimbing dengan baik. Dalam ibadah haji tidak ada doa khusus yg dibaca, kecuali Robbana Aatinaa fidunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzabannar.

Jadi tidak perlu takut utk menjalankan ibadah haji hanya karena tidak hafal doa-doa yang dipanjatkan. Berdoalah sebisanya bahkan dengan bahasa apa pun. Ini untuk menjaga kekhusukan saat menjalankan berbagai macam tahapan ibadah haji mulai dari ihram, tawaf, sa’i, dan wukuf di Padang Arafah.

3. Merenungi hikmah ibadah Haji

Esensi atau inti dari ibadah haji adalah memenuhi panggilan Allah sebagaimana dalam kalimat talbiyah.

Ihram, merupakan simbol dari keterlepasan hal-hal yang bersifat keduniawian kesamaan manusia di sisi Allah Swt, atau bahasa kerennya egaliter. Seluruh atribut duniawi dilepas baik atribut gelar maupun atribut pakaian hingga celana dalam pun. Seluruh jabatan, pangkat, status sosial ditanggalkan. Semua sama, siapapun dia sebelumnya. Hanya kain putih yang membungkus badan, itulah sebenarnya diri manusia yang menjadi hamba di hadapan Allah Swt. Sepanjang perjalanan haji kalimat-kalimat yang terucap pun adalah kalimat-kalimat pujian Allah. Segala pembicaraan tentang keduniawian ditinggalkan.

Berangkat haji ibarat perjalanan ke akherat. Maka sebelum berangkat dalam tradisi Indonesia diadakan walimatussafar dengan tujuan mengucapkan permintaan maaf, berwasiat , berniat membayar hutang piutang. Menitipkan harta dan anak kepada tetangga, dan yang terpenting adalah menitipkan semuanya pemberi harta dan karunia yaitu kepada Allah Swt semata.

Selain memberikan tips-tips meraih haji mabrur, Ustadz juga berpesan agar dalam menjalankan haji hendaklah saling peduli terhadap sesama jamaah. Jika ada nenek-nenek atau kakek-kakek yang lemah dan minta pertolongan jangan segan-segan menolongnya. Jangan sesekali mengeluh jika direpotkan, karena sebenarnya itu adalah ladang pahala lantaran berbuat kebaikan dengan sesama. Karena sesungguhnya hidup itu bukan untuk diri sendiri semata, tapi hidup harus bermanfaat untuk orang lain dan memberikan manfaat dalam kebersamaan.

1411366710693852788
1411366710693852788
Para undangan ibu-ibu

Orang yang  berharga atau mempunyai nilai manfaat di hadapan masyarakat maka ia bernilai di hadapan Allah Swt. Maka Islam menyuruh sholat berjmaah agar terjalin kebersamaan dan mengurangi sifat ego yang hanya ingin masuk sorga sendiri. Orang Islam yang baik harus dirasakan keberadaannya di hadapan orang lain.

Orang yang hidupnya untuk diri sendiri maka hidupnya kecil, matinya pun kecil.  Kalo mati orang tak peduli. Oleh karena itu jika hendak berhaji katakan dalam hati bahwa “Saya berangkat haji bukan dengan diri sendiri, tapi ada banyak orang lain yang menyertai baik dari menjelang keberangkatan dari rumah masing-masing hingga kepulangan ke tanah air, berapa banyak handai tolan dan para tetangga dan juga seluruh jamaah haji sedikit banyak turut berperan dalam proses haji seseorang.”

Jadi sering-seringlah menghadiri undangan tasyakuran haji, agar selalu termotivasi untuk menunaikan ibadah haji.

Demikianlah salah satu catatan sebagai oleh-oleh menghadiri walimatussafar. Sebenarnya ulasan pak Ustadz lebih banyak lagi, tapi hanya ini yang bisa saya catat. Meskipun demikian mudah-mudahan bisa menularkan semangat bagi pembaca muslim untuk memiliki cita-cita menunaikan perjalanan ibadah haji ke tanah suci. Amin.

Depok, 21 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun