Terutama untuk ibadah haji pertama, tentu masih belum terbayang seperti apa kondisi perjalanan haji. Adanya pembimbing haji akan memudahkan pelaksanaan dan menghindari kekeliruan pelaksanaan.
Menurut ustadz Bakrun yang sudah sering menjadi pembimbing haji, bahwa sebenarnya ibadah haji itu mudah, jangan sampai terbelenggu dengan bacaan yang tidak harus harus dibaca/dihafal namun memaksakan diri membacanya secara lengkap sehingga menyebabkan tertinggal dari rombongan dan tidak bisa mengikuti apa yang petunjuk dan tuntunan dari pembimbing dengan baik. Dalam ibadah haji tidak ada doa khusus yg dibaca, kecuali Robbana Aatinaa fidunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzabannar.
Jadi tidak perlu takut utk menjalankan ibadah haji hanya karena tidak hafal doa-doa yang dipanjatkan. Berdoalah sebisanya bahkan dengan bahasa apa pun. Ini untuk menjaga kekhusukan saat menjalankan berbagai macam tahapan ibadah haji mulai dari ihram, tawaf, sa’i, dan wukuf di Padang Arafah.
3. Merenungi hikmah ibadah Haji
Esensi atau inti dari ibadah haji adalah memenuhi panggilan Allah sebagaimana dalam kalimat talbiyah.
Ihram, merupakan simbol dari keterlepasan hal-hal yang bersifat keduniawian kesamaan manusia di sisi Allah Swt, atau bahasa kerennya egaliter. Seluruh atribut duniawi dilepas baik atribut gelar maupun atribut pakaian hingga celana dalam pun. Seluruh jabatan, pangkat, status sosial ditanggalkan. Semua sama, siapapun dia sebelumnya. Hanya kain putih yang membungkus badan, itulah sebenarnya diri manusia yang menjadi hamba di hadapan Allah Swt. Sepanjang perjalanan haji kalimat-kalimat yang terucap pun adalah kalimat-kalimat pujian Allah. Segala pembicaraan tentang keduniawian ditinggalkan.
Berangkat haji ibarat perjalanan ke akherat. Maka sebelum berangkat dalam tradisi Indonesia diadakan walimatussafar dengan tujuan mengucapkan permintaan maaf, berwasiat , berniat membayar hutang piutang. Menitipkan harta dan anak kepada tetangga, dan yang terpenting adalah menitipkan semuanya pemberi harta dan karunia yaitu kepada Allah Swt semata.
Selain memberikan tips-tips meraih haji mabrur, Ustadz juga berpesan agar dalam menjalankan haji hendaklah saling peduli terhadap sesama jamaah. Jika ada nenek-nenek atau kakek-kakek yang lemah dan minta pertolongan jangan segan-segan menolongnya. Jangan sesekali mengeluh jika direpotkan, karena sebenarnya itu adalah ladang pahala lantaran berbuat kebaikan dengan sesama. Karena sesungguhnya hidup itu bukan untuk diri sendiri semata, tapi hidup harus bermanfaat untuk orang lain dan memberikan manfaat dalam kebersamaan.
Orang yang berharga atau mempunyai nilai manfaat di hadapan masyarakat maka ia bernilai di hadapan Allah Swt. Maka Islam menyuruh sholat berjmaah agar terjalin kebersamaan dan mengurangi sifat ego yang hanya ingin masuk sorga sendiri. Orang Islam yang baik harus dirasakan keberadaannya di hadapan orang lain.
Orang yang hidupnya untuk diri sendiri maka hidupnya kecil, matinya pun kecil. Kalo mati orang tak peduli. Oleh karena itu jika hendak berhaji katakan dalam hati bahwa “Saya berangkat haji bukan dengan diri sendiri, tapi ada banyak orang lain yang menyertai baik dari menjelang keberangkatan dari rumah masing-masing hingga kepulangan ke tanah air, berapa banyak handai tolan dan para tetangga dan juga seluruh jamaah haji sedikit banyak turut berperan dalam proses haji seseorang.”