Pergaulan bebas yang berujung pada aborsi janin tak berdosa masih marak di negeri ini. Sebagaimana diberitakan Polda Metro Jaya membongkar adanya rumah yang dijadikan tempat untuk praktik klinik aborsi, di kawasan Ciracas, Jakarta Timur. Enam orang ditetapkan sebagai tersangka. (https://www.rri.co.id/jakarta/3/11/2023) . Â Â
Dari hasil pendalaman, dicurigai komplotan pelaku membuang janin hasil aborsi ke dalam septik tank. Pasalnya setelah dilakukan pengurasan didapati tujuh kerangka janin dalam septik tank tersebut. Belum diketahui jumlah pasti pasien yang sudah melakukan aborsi di klinik ilegal milik komplotan pelaku. Namun klinik aborsi yang berkedok salon kecantikan dan kantor advokat ini telah disewa pelaku selama 2 tahun terakhir. Warga setempat mengakui bahwa klinik aborsi tersebut sering didatangi pasangan muda-mudi dan perempuan hamil hingga malam hari.
Negeri ini darurat seks bebas. Kasus aborsi yang terjadi ibarat fenomena gunung es. Artinya, yang terungkap hanyalah sebagian kecil saja. Pada faktanya, jumlah kasus yang terjadi sangat besar dan  sudah semakin menyebar di berbagai wilayah.  Meski negeri ini mayoritas muslim, namun cara hidup yang diterapkan justru serba bebas, melanggar syariat. Mengerikan! Â
Aborsi Marak, Buah Sistem Rusak
 Maraknya aborsi sejatinya menjadi penanda rusaknya masyarakat. Generasi hari ini telah terjerumus dalam pergaulan bebas. Hampir setiap hari kita disuguhkan berita yang menggambarkan kehidupan percintaan muda-mudi yang berujung pada married by accident  (MbA), pembuangan bayi hasil hubungan di luar nikah hingga praktik aborsi. Perilaku remaja mendewakan kebebasan bertingkah laku, termasuk dalam bergaul dengan lawan jenis merupakan buah dari sistem rusak baik dari sistem pendidikan, sistem informasi maupun sistem sanksi.Â
Sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini telah menanamkan cara pandang hidup sekuler kapitalis pada generasi, yaitu cara pandang yang menjauhkan peran agama dalam mengatur kehidupan. Agama hanya dipakai saat melaksanakan ibadah ritual. Sementara saat bergaul dengan lawan jenis mereka tidak lagi menstandarkannya pada aturan agama. Alhasil standar yang digunakan saat bertingkah laku adalah kebebasan. Aktivitas ikhtilat, pacaran, zina, menjadi hal biasa yang mereka lakukan. Aborsi dan pembuangan bayi pun tak terhindarkan.
 Media informasi era kapitalisme sekuler juga tak kalah dalam memberikan dorongan pada generasi untuk bersikap liberal. Hampir semua tayangan di media berupa film sinetron dan iklan berbau pornografi ini tentu memberikan rangsangan munculnya naluri seksual atau ghorizah Nau bagi generasi. Adanya rangsangan yang terus-menerus tentu akan menimbulkan gejolak syahwat yang menuntut pemenuhan. Tak heran muncul banyak kasus pemerkosaan dan perzinahan.
Mirisnya, pada saat yang sama, aborsi aman justru dikampanyekan untuk mencegah kematian ibu dan berbagai resiko lainnya. Kaum feminis lantang menyuarakan bahwa hak reproduksi harus diberikan kepada perempuan, termasuk dalam menentukan apakah akan mempertahankan janin dalam kandungannya atau mengaborsinya. Ide ini merupakan bagian dari paham liberal yang digaungkan barat di dunia. Oleh karena itu, penyelesaian aborsi yang banyak dipicu oleh pergaulan bebas tidak akan pernah usai selama sistem sekuler kapitalisme tetap diterapkan di negeri ini.
Zina Merebak, Mengundang Azab
Merebaknya kasus zina tak bisa dianggap sepele, karena zina adalah dosa besar. Bahkan mendekati zina saja haram. Allah SWT berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina karena zina itu tindakan keji dan jalan yang amat buruk"(QS al-Isra': 32).