Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo atau Mentan SYL mengajak para peternak Indonesia untuk memperkuat hilirisasi pangan asal ternak sebagai kekuatan utama masa depan bangsa. Hal tersebut disampaikan SYL pada puncak peringatan bulan bakti peternak dan kesehatan hewan ke-187 di asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jumat, 22 September. Dalam acara tersebut SYL menyampaikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor strategis yang berpotensi menjadikan Indonesia sebagai negara kuat terutama dalam menghadapi krisis dan cuaca ekstrem El Nino.
Apalagi selama 4 tahun terakhir pertanian selalu tumbuh dan mampu menjadi bantalan ekonomi nasional. Sejauh ini kata SYL, Kementan memiliki banyak program unggul serta layanan kredit usaha rakyat yang bisa diakses para peternak dalam memperkuat modal usaha. Selain itu, Mentan juga memiliki program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri atau yang disingkat Si Komandan. Program ini digadang-gadang mampu melahirkan 8 juta ekor sapi dan kerbau. Modalnya hanya Rp1,8 triliun tapi hasilnya bisa mencapai Rp 41 triliun. (https://ekonomi.republika.co.id/berita/s1e05e423)
Dari Hulu hingga ke Hilir Peternakan
Mentan juga mengharapkan ekspor hilirisasi sektor peternakan terus bergerak ke depan seperti telur ayam hingga nugget. Istilah "hilirisasi" artinya proses atau strategi suatu negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan hilirisasi, komoditas yang sebelumnya diekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku, sekarang diolah lebih dahulu menjadi barang setengah jadi atau jadi.Â
Adapun tujuan utamanya adalah membesarkan nilai ekspor yang harapannya akan memajukan perekonomian. Istilah "hilirisasi" artinya proses atau strategi suatu negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan hilirisasi, komoditas yang sebelumnya diekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku, sekarang diolah lebih dahulu menjadi barang setengah jadi atau jadi. Adapun tujuan utamanya adalah membesarkan nilai ekspor yang harapannya akan memajukan perekonomian. (https://dulohupa.id/)
Upaya hilirisasi yang akan segera dijalankan pemerintah ini digadang-gadang mampu meningkatkan kesejahteraan peternak di Indonesia. Namun terwujudnya kesejahteraan itu masih diragukan.Â
Pasalnya, pemerintah menyerukan perubahan di sektor hilirisasi, namun pemerintah tidak mempersoalkan pada sektor hulu. Padahal kebijakan atau regulasi di sektor hulu sangat mempengaruhi apa yang terjadi di sektor hilir. Â
Keberadaan produsen besar produk ternak saat ini sudah merambah ke sektor hulu hingga hilir. Di sektor hulu, para korporasi atau pihak swastalah yang menjadi peternak raksasa yang memproduksi pakan dan bibit ternak dengan modal besar dan teknologi canggih. Mereka menguasai rantai produksi distribusi hingga konsumsi peternak dengan jumlah yang sangat besar.Â
Hanya ada sedikit perusahaan yang menguasai rantai produksi dan berbagai cabang lainnya. Perusahaan itu memegang monopoli atas kebutuhan para peternak. Pola seperti ini adalah hal lumrah dalam sistem kapitalisme neoliberal. Bahkan pola industrialisasi seperti ini kita temukan di berbagai jenis industri, di mana kuasa Perusahaan korporasi lebih dominan dari pada negara.
 Akibatnya dalam hal pakan dan bibit ternak, peternak lokal harus bergantung pada korporasi yang berorientasi untung. Sebab sektor produksi pakan dan bibit ternak sudah dikuasai korporasi besar dari sisi modal dan daya saing serta kecanggihan teknologi.