Miris! Awal tahun ajaran baru lalu, justru disambut dengan berita tawuran pelajar yang marak kembali terjadi di beberapa  daerah. Polresta Tangerang mengamankan 69 pelajar yang berencana tawuran pada hari pertama masuk sekolah di kawasan Balaraja Kabupaten Tangerang Banten, pada senin 17 Juli 2023. Puluhan pelajar tersebut terpantau dari patroli cyber yang membuat janji di media sosial untuk melakukan aksi tawuran.Â
Mereka berasal dari dua sekolah yang berbeda.  Sebelumnya, kasus tawuran terjadi  di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten  (KP3B) Kota Serang pada Rabu 7 Juni 2023. Tawuran yang melibatkan puluhan pelajar tersebut menyebabkan empat orang terluka serius terkena sabetan benda tajam (http://www.beritasatu.com)
 Sementara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebanyak 20 pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri pada minggu 23 Juli 2023.Â
Para pelajar yang rata-rata baru saja masuk di bangku kelas 1 SMA ini sebelumnya diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Aksi tawuran antar pelajar juga terjadi di jalan Purworejo Magelang km 16, desa ketosari, Kecamatan bener, Kabupaten PU Jawa Tengah, pada senin 17 Juli 2023 sore.
Adapun unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan berhasil menangkap dua orang pelajar asal Jelambar Jakarta Barat yang diduga ikut dalam aksi tawuran di jembatan Bandengan, Jakarta Utara pada senin 17 Juli 2023.Â
Sebelumnya 2 kelompok pelajar yang masih lengkap mengenakan seragam sekolah terlibat tawuran di Jalan Raya Bandengan Utara, Penjaringan, Jakarta Utara. Keduanya saling serang dengan tangan kosong hingga ada juga yang menggunakan senjata tajam jenis celurit panjang.
Meresahkan! tak berhenti di bulan Juli, memasuki bulan Agustus pun aksi tawuran pelajar masih marak terjadi di beberapa daerah. Sebuah video tawuran antar pelajar beredar di medsos dan whatsapp.Â
Video tersebut menunjukkan beberapa orang pelajar mengendarai sepeda motor dengan membawa senjata tajam (sajam) dan saling bertarung di tengah Jalan Pangeran Sutajaya tepatnya di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Rabu 2 Agustus 2023, pukul 13:15. (https://www.jabarpublisher.com/)
Sementara itu, seorang pelajar tewas pada tawuran 2 kelompok remaja dalam 1 RW di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu (6/8/2023). (https://iNewsSerpong.id).Â
Di tempat yang lain, Polisi berhasil menciduk remaja yang hendak tawuran di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada hari Minggu (6/8/2023) dini hari jam 04.00. Mereka membawa celurit hingga batu dan kayu. Dari hasil pemeriksaan diketahui,awalnya salah seorang dari mereka mendapat ajakan untuk tawuran lewat akun Instagram. (https://sindonews.com)
Melihat kondisi remaja yang makin mengkhawatirkan belakangan ini, pihak Kemenkumham Sulsel pun mengadakan Rapat Sistem Informasi Penelitian Hukum dan HAM (SIPKUMHAM). Â Tema yang diangkat, "Maraknya Tawuran Antar Remaja dan Pelajaran di Kota Palembang" diselenggarakan di ruang rapat Komering Kanwil Kemenkumham Sumsel, Senin (07/08/2023). (https://palpos.disway.id/)
Potret Generasi Rapuh: Produk Sistem Sekuler
Tak habis pikir, alasan apa yang membuat para remaja begitu mudah diajak tawuran yang jelas mencelakai diri dan orang lain. Kepala unit reserse kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol hari gas Gary mengungkapkan bahwa motif tawuran yang dilakukan kelompok pelajar tersebut hanyalah sekedar ingin mencari pengakuan atau eksistensi di media sosial. Fenomena tawuran di kalangan pelajar sejatinya menunjukkan rapuhnya kepribadian generasi saat ini. Lemah iman, lemah ilmu, lemah berpikir hingga mudah terbawa arus negatif.
Tidak bisa dipungkiri bahwa usia remaja adalah masa yang sangat urgen dalam pencarian jati diri manusia. Pada umumnya dan remaja pada khususnya telah diberikan oleh Allah naluri eksistensi diri atau mempertahankan diri. Naluri inilah yang mendorong seseorang melakukan berbagai hal untuk mempertahankan diri termasuk mengejar eksistensi diri. Dan masa remaja adalah masa di mana naluri eksistensi diri tersebut berada pada level yang tinggi. Rasa ingin diakui, dianggap paling hebat dan jagoan membuat mereka melakukan berbagai cara untuk membuktikannya.
Namun di tengah gempuran pemikiran liberal dan sekuler yang menyerang kehidupan remaja saat ini, menjadikan naluri eksistensi diri mereka tersalurkan pada hal yang buruk dan merusak. Pasalnya sekularisme adalah ide yang memisahkan agama dari kehidupan. Sedangkan liberalisme adalah paham yang menjunjung tinggi nilai kebebasan, termasuk kebebasan bertingkah laku. Kedua paham inilah yang banyak mempengaruhi pola pikir remaja saat ini. Mereka merasa bebas melakukan apa saja yang mampu menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat meski melanggar syariat Islam. Kebahagiaan mereka pun distandarkan pada kesenangan duniawi semata bukan ridho Allah Swt.
Maraknya tawuran di berbagai tempat tidak bisa diabaikan begitu saja dan bukan permasalahan sepele, apalagi menganggapnya sekedar kasus kenakalan remaja biasa yang tak perlu disikapi berlebihan. Namun lebih dari itu, sadar atau tidak, hal tersebut mencerminkan kualitas output didikan sistem kehidupan negeri ini yang memisahkan agama dengan kehidupan. Profil generasi sekuler liberal menjadi wajah generasi hari ini. Tidak peduli halal dan haram, tidak peduli pahala dan dosa, yang penting bagi mereka adalah kepuasan, kesenangan, dan eksistensi di hadapan manusia.  Lemahnya ketakwaan membuat rasa takut dan cinta pelajar  tidak lagi disandarkan pada suka dan benci nya Allah Swt. Mereka lebih takut tidak diakui oleh lingkungan pertemanan mereka meski toxic daripada marahnya Allah Swt karena perbuatan zalim mereka. Apa yang dipelajari di sekolah seolah tidak ada sangkut pautnya dengan mempersiapkan bekal akhirat. Disadari atau tidak, sistem kehidupan  kita hari ini telah abai  dalam menginternalisasikan ketakwaan pada diri setiap warganya. Sistem pendidikan seolah hanya tempat untuk mempersiapkan peserta didik siap memasuki dunia kerja, tanpa ada jaminan ketakwaan yang terinstal dalam diri pelajarnya.  Pencapaian materi sebagai indikator keberhasilan yang utama.
Mirisnya negara justru hadir untuk menjamin kebebasan berperilaku terwujud di tengah masyarakat. Meski ada upaya untuk memberantas para pelaku tawuran, namun upaya tersebut hanya sebatas sanksi. Tak ada upaya pencegahan yang membentuk profil generasi muslim pada diri remaja bukan profil generasi sekuler liberal. Terbukti sistem pendidikan yang diberlakukan masih berasa sekuler.
Solusi
Tawuran di kalangan pelajar hanya bisa diselesaikan secara komprehensif dengan mengubah paradigma negara dengan paradigma yang shohih yakni Islam. Islam memandang bahwa negara bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian Islam generasi. Oleh karena itu negara harus menciptakan support sistem untuk mewujudkan hal tersebut. Islam sangat menyadari bahwa generasi adalah aset sebuah bangsa. Sebab rusaknya generasi akan berefek pada rusaknya sebuah peradaban.
Dalam pandangan islam, negara berkewajiban  memberikan pendidikan terbaik bagi generasinya yaitu sistem pendidikan Islam. Dalam kitab ususut ta'lim al-manhaji disebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pertama, membentuk kepribadian Islam atau shaksiyah Islamiyah bagi peserta didik. Kedua, membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu keislaman atau saqofah Islamiyah. Ketiga, membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam kehidupan seperti sains dan teknologi sehingga generasi yang terbentuk adalah generasi yang beriman dan bertakwa serta bisa berkontribusi positif untuk kemaslahatan umat.
Negara diwajibkan menjaga media dari konten-konten yang mengandung unsur kekerasan dan ide-ide yang bertentangan dengan Islam. Jika ada yang terlanjur tersebar, negara harus bertindak cepat untuk menghilangkannya. Konten-konten media yang diperbolehkan hanyalah konten yang mengedukasi dan menguatkan ketakwaan generasi.Â
Jika kondisinya demikian, maka generasi atau pelajar akan terkondisikan untuk menjadi insan kepribadian Islam. Mereka akan menyibukkan diri dalam kebaikan amal shalih, beramal ma'ruf nahi mungkar, berkarya untuk kemaslahatan umat dan kemuliaan Islam. Sungguh penerapan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan  akan menyelamatkan generasi dari kerusakan. Sudah saatnya negeri ini segera berbenah diri untuk kembali pada aturan Ilahi Robbi untuk selamatkan generasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H