Mohon tunggu...
Heri Bertus A Toupa
Heri Bertus A Toupa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bijak dalam Berpikir dan Sopan dalam Perkataan

Gemar travelling dan membaca - Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Harga Kedelai Naik, padahal Tempe Menjadi Andalan di Setiap Waktu

23 Februari 2022   22:02 Diperbarui: 25 Februari 2022   09:49 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya masalah tersebut, mereka juga pasti akan menaikkan harga produk dan mengecilkan ukuran/volume produk untuk mengimbangi ongkos produksi dan bahan baku, sehingga bisa memperoleh keuntungan yang ada. 

Akan tetapi, hal ini tidak bisa bertahan lama kalau harga bahan mentahnya setiap saat naik terus, lama kelamaan pelaku usaha akan gulung tikar karena tak sanggup untuk membeli bahan bakunya.

Dalam negeri sendiri, jumlah bahan baku kedelai sendiri masih kurang pasokannya. Alasan yang paling sederhana yaitu harga jual di pasaran per kilonya masih sangat rendah, sehingga para petani kedelai tidak giat dalam menanamnya dalam jumlah yang besar karena melihat harga jualnya. 

Seandainya, harga kedelai dari para petani diberikan harga yang layak dan standar, pasti banyak orang yang ramai-ramai akan beralih profesi untuk menanam kacang kedelai. 

Sayangnya, para petani kedelai tidak mendapatkan harga yang selayaknya, dan pengorbanan mereka untuk menanam kedelai tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan ketika panen. Dengan kata lain, segala biaya yang dikeluarkan dari awal sampai akhir lebih besar daripada hasil panen alias tekort atau minus.

Beberapa hari yang lalu di berbagai daerah di Indonesia, para perajin tahu dan tempe mogok kerja untuk produksi sebagai bentuk protes mereka terhadap pemerintah atas kenaikan harga bahan baku kedelai. 

Mereka yakin bahwa dengan kenaikan harga bahan baku dan kelangkaannya, hasil produksi akan menurun dan bisa mengakibatkan gulung tikar karena tak mampunya mendapatkan bahan baku dengan harga yang normal. Apalagi didukung juga dengan harga impor kedelai yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan harga lokal yang ada di petani dan pasaran. 

Semuanya berharap bahwa semoga ada jalan keluar atau langkah-langkah yang konkrit diambil oleh pemerintah untuk membenahi urusan ini, sehingga para pelaku usaha dapat menjalankan kegiatan produksi mereka secepatnya.

Seperti yang diketahui, negara Indonesia masih mengalami ketergantungan impor bahan baku kedelai lebih dari 50% dari luar negeri. 

Hal inilah yang menjadi pengaruh yang terbesar bagi negeri kita sendiri dalam memproduksi tahu dan tempe dalam jumlah yang besar, begitu negara pengimpor mengurangi supply bahan baku mereka, maka akan terjadi fluktuasi harga dalam negeri sendiri. Akibatnya akan berdampak buruk kepada pelaku atau perajin tahu dan tempe di berbagai kalangan industri, sedangkan untuk mengandalkan hasil lokal dari para petani masih sangatlah jauh dari kata cukup.

Hari ini lauk makan malam saya adalah tempe. Saya masih beruntung masih bisa makan tempe dengan harga yang lumayan terjangkau dan tidak terjadinya kelangkaan produksi tempe di benua Eropa padahal masih mengandalkan 100% bahan bakunya dari pengimpor karena masalah iklim dan cuaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun