Bukan cuma buruh bangunan saja yang merasakan hal ini, tetapi masih ada banyak sektor pekerjaan atau bidang yang menggunakan buruh dalam bekerja, seperti: buruh kebun, buruh tani, buruh cuci, buruh angkut, buruh tambang, buruh pabrik dan lain - lain.
Kesemua jenis buruh ini tentunya menjual tenaga, waktu dan pikiran mereka hanya untuk menghasilkan uang yang digunakan untuk menyambung hidup mereka. Status mereka sebagai pekerja upahan sangatlah berat, dan mereka harus bekerja dalam tekanan pula. Kadang - kadang mendapatkan perlakuan yang kasar dari majikan mereka sendiri.Â
Merujuk dalam kehidupan para buruh dalam kehidupan kita sehari - hari, kadangkala keberadaan buruh dalam masyarakat masih dianggap berada dalam level menengah ke bawah yang jauh dari kemewahan dan harta duniawi.
Penghasilan yang mereka dapat kadang juga tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, ada buruh yang bekerja selama 24 jam tapi tidak mendapatkan upah yang selayaknya.
Atau saat ini, para buruh yang bekerja di pabrik masih mendapatkan upah yang jauh dari standar Upah Minimum Regional (UMR) setiap daerahnya.
Jadi wajar saja para buruh sampai saat ini masih berada dalam status yang jauh dari kemakmuran dan kemerdekaan ekonomi secara finansial, sehingga biasanya mereka masih dipandang sebelah mata oleh orang - orang tertentu dalam masyarakat.
Dalam hal ini, saya tidak membahas seorang buruh yang bekerja di pabrik atau perusahaan, tapi saya membahasnya dari sisi secara umum apa sebenarnya perjuangan dari seorang buruh. Tentunya buruh pabrik dan buruh bangunan itu beda, bisa dilihat dari penghasilan dan penampilan mereka. Walaupun sama - sama buruh, tapi masih saja berbeda dalam hal penghasilan, pola pikir, skill, penampilan serta tempat bekerja tentunya.
Seorang ayah atau ibu yang bekerja sebagai buruh terhadap mandor, tuan atau majikannya, mempunyai suatu harapan yang tersembunyi kelak suatu saat anak - anak  mereka mendapatkan hidup yang lebih layak lagi. Bekerja sebagai buruh mereka harus lakukan demi menyambung hidup mereka karena tak ada lagi pekerjaan yang bisa lakukan lagi.
Seorang ayah yang bekerja sebagai buruh tani, harus rela bangun lebih awal dan pulang larut malam tiap harinya hanya untuk merawat tanaman yang ada di sawah atau di kebun milik majikannya, atau seorang ibu yang rela menjadi buruh cuci yang setiap hari dari rumah kerumah majikannya untuk membersihkan rumah dan mencuci baju mereka.
Semua perjuangan yang mereka lakukan ini hanya untuk hidup dan memberi makan terhadap keluarga mereka, khususnya buat anak - anak yang ada dalam keluarga.
Mereka rela bekerja sebagai buruh yang menjual tenaga mereka karena pilihan hidup yang sudah tak ada jalan keluarnya lagi. Hidup mereka penuh dengan penderitaan, apalagi kalau mendapatkan perlakuan yang tidak baik dan kasar dari majikan. Mereka berharap bahwa kelak suatu saat anak - anak mereka nantinya membawa suatu perubahan yang besar dan mengubah nasib mereka.