Singkat cerita, kebun vanili saya tidak terurus lagi dan pohonnya banyak yang mati, serta orangtua juga sudah tidak bersemangat lagi dalam merawatnya walaupun saya memesan kepada mereka untuk merawatnya.Â
Beberapa tahun kemudian, tanaman vanili sudah menjadi komoditi barang ekspor ke luar negeri, yang menjadikannya sebagai emas hijau dengan harga jual yang antara 3- 7 juta perkilonya (tergantung dari kualitasnya).Â
Harga yang sangat mengiurkan dan fantastis yang lebih mahal dari sebuah emas per gramnya. Banyak petani vanili saat ini telah menjadi kaya dan sukses, sehingga memicu banyak orang lain untuk menanam vanili di kebun mereka karena harganya yang sangat mahal.
Saya ada perasaan menyesal tentunya, tapi apa boleh buat "nasi sudah menjadi bubur". Dahulunya berkhayal melampui batas pikiran untuk menjadi orang kaya, tetapi cuma mimpi yang tinggal kenangan saja.Â
Seandainya saya saat itu, tidak terpengaruh oleh harga jual vanili yang anjlok dan tetap merawat kebun vanili saya, mungkin saya sudah bisa merasakan hasilnya dan terkenal sebagai juragan vanili...hehehe!!!
Dari pengalaman saya tentang berkebun, komitmen dan pantang menyerah serta tidak ikut arus dalam berkebun serta tidak melihat harga produk dari hasil panen, akan menjadikan kita sukses dalam berkebun. Tentunya, jangan mengkhayalkan hasil atau untungnya terlebih dahulu, tetapi ikuti saja prosesnya dalam berkebun dengan senang hati.Â
Rawatlah tanaman Anda dengan tangan Anda sendiri, pasti akan menghasilkan buah yang melimpah ketika musim panen telah tiba.Â
Ibarat seorang petani merindukan dan bersabar dalam menantikan musim panen potong padi di sawah dengan hasil yang berkarung-karung pula .
Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu!!!
Somewhere on the Earth, 27 April 2021
Heri Toupa