Seperti yang diketahui melalu media massa bahwa kasus covid-19 di India mengalami peningkatan yang sangat drastis saat ini. Boleh dikatakan setiap harinya ada saja yang meninggal.Â
Hari minggu dini hari saja (25/04/2020), menurut BBC news bahwa sekitar 349.691 yang sudah terinfeksi dan sekitar 2.767 nyawa sudah melayang dalam waktu itu.
Melihat angka itu, negara India kini menempati peringkat kedua setelah Amerika di dunia untuk angka yang paling tinggi dalam kasus virus corona yang telah terinfeksi (coronavirus infection).
Yang lebih parahnya lagi, sejumlah rumah sakit yang ada di India telah kehabisan stock untuk tabung oksigen. Hal ini disebabkan oleh jumlah pasien yang lebih banyak  dibandingkan dengan jumlah persediaan tabung oksigennya sendiri, sehingga para dokter yang bertugas sangat kewalahan menangani sejumlah pasien yang membutuhkan bantuan oksigen untuk bernapas.
Karena saking kurangnya persediaan tabung oksigen di India saat ini, sejumlah rumah sakit mengirimkan sinyal SOS (Save Our Souls) ke beberapa daerah lainnya dan negara tetangga untuk meminta supply tabung oksigen mengingat para pasien covid banyak yang meninggal akibat sulitnya bernapas dan pasien terus bertambah.
Diperkirakan bahwa para pasien covid di India meninggal karena tidak bisa lagi mendapatkan bantuan oksigen dari rumah sakit, serta kapasitas dari rumah sakit sudah tak bisa menampung lagi orang-orang yang datang untuk dalam keadaan gawat darurat, khususnya yang sudah terpapar virus corona dengan kondisi mereka yang sangat sulit bernapas, ditambah lagi mereka telah ditolak oleh pihak rumah sakit karena tak bisa lagi ditolong akibat kekosongan tabung oksigen dan tak adanya tempat tidur buat pasien.
Bahkan kalau sudah masuk atau menginap di rumah sakit, masih ada usaha yang harus dilakukan lagi yaitu bagaimana mendapatkan perawatan dari para medis, khususnya harus mendapatkan tabung oksigen karena sudah kehabisan dan sangat langka keberadaannya.
Karena saking sulitnya, keluarga pasien sampai harus berlutut layaknya seorang pengemis untuk meminta belas kasihan dari para tenaga medis untuk memberikan perawatan kepada sanak saudaranya yang kesulitan bernapas dan tak sadarkan diri.
"Anda bisa bayangkan saat ini di India, demi bisa bernapas saja kita harus mengemis di hadapan para dokter layaknya minta-minta di jalan".
Untuk mendapatkan tabung oksigen saja di India sangatlah susah saat ini, itu pun kalau ada harus berebut dengan banyak orang di antara ratusan ribu penduduk India yang sudah terinfeksi oleh virus corona.
Para dokter serta perawat di rumah sakit tidak dapat melakukan perawatan (treatment) tanpa adanya supply oksigen yang lancar, dan mereka memerlukan oksigen cair yang bertekanan tinggi  untuk kelancaran sebuah ventilator dan mesin bi-pap (sebuah mesin yang membantu pasien untuk bernapas dengan mengalirkan atau menekan udara masuk ke dalam paru-paru).
Menurut mereka bahwa kebutuhan tabung oksigen saat in sangatlah penting untuk menstabilkan keadaan para pasien dan memberikan pertolongan pertama kepada pasien yang sangat susah untuk bernapas.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan India sekarang ini berada di gelombang kedua dengan angka yang sangat fantastis dan mencetak rekor yang baru dalam kasus virus corona, seperti: masih saja melakukan berbagai acara (social gathering) dalam jumlah yang besar tanpa mematuhi protokol kesehatan dan pemerintah setempat memberikan izin dalam menggelar sebuah acara (upacara) besar keagamaan serta adanya masa kampanye oleh para tokoh politik di tengah wabah virus ini yang selalu mengundang banyak orang (simpatisan).
Walaupun India boleh dikatakan sudah berhasil dalam menurunkan angka kasus positif virus corona pada gelombang pertama (first wave) sebelumnya dan sudah memberikan vaksin kepada 100 juta warganya, tetapi ini malah memicu kasus baru lagi di gelombang kedua yang mana sudah sangat parah sekali dan berhasil menembus angka di atas 100.ooo kasus dalam beberapa hari saja.
Mereka tidak sadar dan terlena akan penyebaran virus corona yang begitu cepat, dan mereka juga sudah berasumsi bahwa mereka telah berhasil dalam menangani virus corona ini berdasarkan penurunan kasus di gelombang pertama sebelumnya dan pelaksanaan program vaksin yang sedang berlangsung.
Oleh karena itu, masyarakat yang ada di India sudah tidak peduli lagi dengan segala aturan protokol kesehatan dan selalu mengadakan berbagai acara dalam bentuk keramaian, entah itu acara bersifat pribadi, keluarga, group dan keagamaan.
Sebagai akibatnya, negara India dihantam kembali oleh gelombang kedua (second wave) dari virus corona ini, para petugas medis sangat kewalahan dalam menangani sejumlah pasien yang positif corona, dan di tambah lagi pasokan tabung oksigen sudah habis dan menjadi barang yang langka dan berharga di India sekarang.
Boleh dikatakan bahwa tabung oksigen sekarang lebih berharga daripada emas 24 karat sekarung atau 10 mobil Lamborghini atau BMW, karena menyangkut sebuah nyawa yang kesulitan bernapas akibat virus corona yang menyerang sistem pernapasan manusia.
Akankah situasi di India saat ini bisa saja terjadi di Indonesia?
Saat ini, Indonesia telah menjalakan program vaksin kepada setiap warga negara yang mana mendahulukan para pekerja tenaga kesehatan (nakes) dan selanjutnya para pekerja yang bekerja di sektor publik umum (yang melayani masyarakat) dan para lansia.
Jumlah yang sudah terinfeksi oleh virus corona di Indonesia secara keseluruhan adalah 1.640.000 juta jiwa dan telah meninggal sekitar 44.500 jiwa, dan sudah mendapatkan vaksin sekitar 6.669.327 - vaksin tahap kedua, sekitar 2.5% dari 271.349.889 dari keseluruhan penduduk Indonesia tahun 2021 (menurut data JHU CSSE covid-19 Data, 25/04/2021).
Situasi di Indonesia sekarang dalam menghadapi wabah ini sudah tak setakut lagi pada awal-awal virus corona masuk ke Indonesia tahun lalu. Hal ini bisa dilihat dari segala kegiatan masyarakat yang ada sekarang, mereka boleh berkumpul dan mengadakan segala macam acara (kecuali acara kematian yang tidak direncanakan sebelumnya).
Walaupun protokol kesehatan (prokes) sudah diterapkan, seperti: memakai masker dan mencuci tangan, tetapi untuk menjaga jarak dalam suatu keramaian sangatlah mustahil untuk bisa dilaksanakan.
Orang yang mudik ke kampung halaman diberikan keringanan untuk bisa pulang kampung asalkan bisa memperlihatkan surat hasil tes negatif corona yang berlaku selama 1--3 hari, dan melaksanakan masa karantina selama 14 hari setelah tiba di tempat tujuan. Tapi hal ini masih bisa kecolongan, suratnya masih saja bisa dipalsukan oleh orang-orang tertentu dan yang mudik tidak melakukan karantina, tetapi langsung berkumpul dengan sanak saudaranya.
Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menghimbau seluruh lapisan masyarakat di tanah air untuk sebisa mungkin menekan penyebaran virus corona, tapi masalahnya adalah kesadaran dari masyarakat yang masih sangat kecil sekali untuk menaatinya.
Berbagai upaya telah dilakukan dengan memberlakukan jam malam agar masyarakat tidak keluyuran, memperketat izin penyelenggaraan pesta, membagikan masker & hand sanitizer di jalan-jalan serta membubarkan segala macam acara keramaian yang tanpa izin.
Akan tetapi, masih saja ada beberapa daerah yang sangat tidak mematuhi segala aturan yang ada, masih terlihat beberapa acara besar dan mengundang khalayak ramai, apalagi kalau yang tuan pestanya adalah seorang yang mempunyai pangkat dan jabatan yang tinggi, sehingga sangat sulit untuk memberikan sebuah teguran, bisa - bisa mendapatkan sebuah teguran balik dari pelaksana pesta.Â
"Yah namanya orang Indonesia, sangat susah diatur apalagi mau menaati segala prokes, bisa-bisa dapat pukulan atau tamparan kalau memperingati mereka".
Yah serba salah juga sih, pihak pemerintah melaksanakan kerja mereka untuk memangkas laju perkembangan covid, tapi di pihak lain ada saja yang menyalahi aturan tersebut dan seenaknya saja berbuat.
Inilah yang menjadi tugas berat pemerintah Indonesia saat ini, berharap tidak ada keteledoran yang terjadi ke depan ini. Belajar dari situasi India sekarang, mereka mengira bahwa situasinya sudah aman dan seluruh penduduk akan segera mendapatkan vaksin sebagai penangkal virus corona, sehingga mereka boleh berbuat apa saja.Â
Begitu ada gelombang kedua dari wabah virus corona yang menghantam negara mereka secara cepat, tidak ada kesiapan & antisipasi sama sekali yang bisa dilakukan sehingga menimbulkan banyak korban berjatuhan.Â
Sama halnya ketika sebuah musuh melakukan suatu serangan fajar di pagi buta sekali, pasti tidak ada persiapan atau perkiraan sama sekali untuk mencoba memikirkan hal tersebut sehingga kekalahan dan banyaknya korban yang akan terlihat di depan mata kepala.
"Lebih baik mencegah daripada mengobati", munkin pepatah ini lebih cocok sekarang yang harus dipersiapkan, khususnya bagi kita semua warga negara Indonesia. Kita jangan sekali pun lengah, tetapi tetap waspada dan saling berjaga.Â
Mari kita bayangkan sejenak, seandainya Indonesia mengalami hal sama dengan India saat ini, pasti kita akan berebut tabung oksigen juga demi sebuah nyawa atau harus mengemis belas kasihan dari para dokter untuk bisa mendapatkan perobatan dan sebuah tempat tidur di rumah sakit, dan bagi yang mempunyai power, koneksi, pangkat, jabatan dan uang, itulah yang menjadi pemenangnya, mereka bisa mendapatkan segalanya.Â
"Apakah tabung gas bisa digunakan ketika sudah sulit bernapas? Tentunya harus pakai tabung oksigen dong, bukan tabung gas 3,5 kg atau 12 kg yang dipakai untuk memasak oleh ibu - ibu rumah tangga".
Jadi kalau masih bisa bernapas saat ini, bersyukurlah pada Tuhan. Itulah adalah anugerah yang paling terindah, dibandingkan dengan masyarakat di India yang telah terpapar covid-19 harus berjuang setengah mati masuk ke rumah sakit dan mendapatkan tabung oksigen hanya untuk bisa bernapas.
Mari kita  saling berjaga, mematuhi segala protokol kesehatan dan saling memperingatkan satu dengan yang lainnya agar patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat, sehingga pertahanan kita sudah kuat begitu ada serangan fajar dari musuh kita yaitu virus corona ini.
Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu!!!
Somewhere on the Earth, 26 April 2021
Heri Toupa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H