Mohon tunggu...
Heri Bertus A Toupa
Heri Bertus A Toupa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bijak dalam Berpikir dan Sopan dalam Perkataan

Gemar travelling dan membaca - Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Polisi Saling Tangkap, Menangkap Akibat Narkoba

22 Februari 2021   10:05 Diperbarui: 22 Februari 2021   10:23 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source:idntimes.com

Tentunya korban dari narkoba ini tidak pandang bulu bagi siapa saja yang mengkonsumsinya. Setiap berita dalam televisi saat ini, banyak para artis di tanah air Indonesia, baik yang junior dan senior ditangkap karena terbukti dalam memakai narkoba. Mereka bukan artis dari kemarin, tetapi mereka sudah sangat terkenal akan profesi mereka sebagai public figur di negeri ini. 

Kok bisa yah, padahal mereka itu sudah hidup dalam kondisi yang layak dan bertaburan harta, tapi masih saja membutuhkan narkoba dalam hidup mereka. Ada yang mengatakan bahwa untuk mendukung karir mereka sebagi artis, memberikan ide - ide yang baru dalam dalam berkreasi atau sebagai obat penenang diri sebelum & setelah syuting film.

Hal yang sama dengan institusi kepolisian yang bertugas di seluruh pelosok Indonesia untuk membasmi habis peredaran narkoba. Seluruh anggota kepolisian sudah bekerja keras untuk membasmi peredaran obat - obat yang terlarang yang beredar dengan cepat di berbagai lingkungan masyarakat. Tidak main - main beberapa anggota Polri telah gugur dalam tugasnya sebagai abdi negara ketika akan menangkap para bandar narkoba. 

Mereka gugur karena mendapat perlawanan dari pengedar ketika melakukan suatu pemburuan, pengintaian dan penggerebekan. Tugas berat sebagai abdi negara (Polisi) untuk memberantas berbagai kasus narkoba tentunya sangat berat, karena mereka harus berpisah untuk waktu yang lama dengan keluarga mereka untuk suatu penyelidikan dan bahkan keluarga mereka sering mendapat ancaman pembunuhan & penculikan dari geng narkoba.

Beberapa hari lalu, institusi kepolisian telah tercoreng oleh ulah anggotanya sendiri dalam pesta narkoba. Dalam suatu penangkapan, ada beberapa anggota polisi termasuk kapolseknya yang seorang polwan berhasil diamankan. Mereka ditangkap di suatu tempat ketika mereka sedang melakukan pesta narkoba. Tentunya hal ini sangat memalukan bagi Polri dan berbagai jajarannya, dan akibat dari tindakan yang tidak terpuji ini, Polri mendapat banyak hujatan & kritikan yang sangat tajam. 

Masyarakat menilai bahwa narkoba telah berhasil masuk dan melumpuhkan kekuatan polisi, sehingga ada suatu tanggapan yang negatif dari masyarakat sendiri bahwa pihak hukum (dalam hal ini adalah polisi) sudah mudah diperdaya dan dimainkan oleh pihak business gelap (mafia narkoba). Seolah masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada polisi akibat kelakuan buruk oleh oknum polisi tersebut. Menjadi pertanyaan yang serius lagi, polisi mendapatkan barang itu dari mana, apa dari pengedar atau dari barang bukti kasus narkoba yang sudah diamankan di kantor polisi?

Dilihat dari skema ini, saya melihat situasi kepolisian dalam memberantas peredaran narkoba hampir mirip - mirip dengan situasi drugs cartel di Kolombia (Pablo Escobar - Medellin). Secara singkat, sang pemimpin organisasi drugs kartel ini berhasil memasok dan memproduksi secara besar - besaran jenis kokain ke negeri Paman Sam dan sejumlah kawasan di Amerika Latin. Dengan mengedarkan kokain, orang ini sempat masuk dalam daftar orang terkaya di dunia di era 80 - 90an. Selain itu, Pablo Escobar mengangap bahwa pemerintah adalah musuhnya untuk menguasai negara, sehingga dia selalu memberi uang suap kepada para pejabat negara yang korup untuk melancarkan segala bisnis gelapnya.  

Bagi siapa saja mencoba untuk menghalangi bisnisnya, akan menjadi tewas di tangan para anak buahnya. Oleh karena itu, Amerika dan Kolombia sendiri menjadikan dia sebagai orang yang paling dicari di dunia, sehingga segala upaya dilakukan oleh pihak kepolisian dan militer untuk menangkapnya. Singkatnya, walaupun akhirnya Pablo Escobar tewas dalam sebuah operasi militer, tetap saja muncul drugs cartel yang baru untuk mengedarkan segala jenis obat terlarang di dunia.

Kegiatan Pablo Escobar sebagai salah satu contoh yang nyata bahwa peredaran narkoba di dunia ini tidak memandang bulu siapa saja korban dan pelakunya. Kita berkaca dalam negeri kita sendiri, orang yang bertugas untuk menjaga keamanan dalam masyarakat dan memburu para pengedar narkoba bisa saja terseret, entah itu sebagai pemakai atau pengedar. 

Memang tidak sulit untuk bisa menghindar dari barang haram tersebut, begitu sudah pernah mencobanya sekali akan menimbulkan kecanduan yang berat. Pangkat, jabatan dan pekerjaan akan tunduk sama narkoba ketika sudah digunakan, dan segala niat serta tindakan yang jahat akan muncul kalau sudah mencoba barang terlarang tersebut.

Hukum boleh disalahkan, tetapi kebenaran tidak boleh dikalahkan. Walaupun beberapa oknum kepolisian telah melakukan kesalahan yang fatal, tetapi masih ada ribuan polisi di luar sana yang masih setia sama janji mereka untuk menjaga keutuhan dan keamanan negeri ini. Tentunya beberapa oknum yang tertangkap dalam pesta narkoba ini cuma terlena dan lalai dalam melaksanakan tugasnya, dan mereka melupakan janji mereka sebagai aparat negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun