I'tikaf secara Bahasa yaitu Al Mulaazim artinya  berdiam, membiasakan, menetapi (Lihat Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 1/244. Mawqi' Ruh Al Islam)
Dikatakan, 'akafa 'ala Asy Syai' Â (Dia menetap di atas sesuatu), artinya dia selalu bersamanya. (Ibid)
Secara syara' Itikaf bermakna menetap dalam rangka taat secara khusus dengan syarat khusus pula. (Fathl Qadir, 1/245)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
Yang dimaksud I'tikaf di sini adalah menetapi masjid dan menegakkan shalat di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah 'Azza wa Jalla. (Fiqhus Sunnah, 1/475)
Dalam semangat mendekati akhir Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia menemukan diri mereka dalam waktu yang istimewa, dikenal sebagai "10 hari terakhir" bulan suci ini. Di tengah penuhnya bulan yang penuh berkah ini, ada suatu ibadah yang memegang peran khusus dan penuh keutamaan, yaitu I'tikaf. Mari kita eksplorasi keutamaan I'tikaf di 10 hari terakhir Ramadan.
1. Mendekatkan Diri pada Allah SWT
I'tikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan cara menyendiri di dalam masjid, dengan tujuan utama untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Di 10 hari terakhir Ramadan, ketika malam Lailatul Qadr juga terkandung, praktik I'tikaf menjadi sangat berharga dalam mencari keberkahan dan ampunan.
2. Menyucikan Hati dan Pikiran
Dengan mengisolasi diri dari dunia luar, I'tikaf memberi kesempatan untuk menyucikan hati dan pikiran dari distraksi-distraksi duniawi. Ini memungkinkan seorang Muslim untuk fokus sepenuhnya pada ibadah dan refleksi spiritual, memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT.