Mohon tunggu...
heri latief
heri latief Mohon Tunggu... -

penyair

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Juara Korupsi

21 November 2010   19:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

menu hari ini, terang bulan terang di kali, buaya nimbul disangka mati.

betapa indahnya janji ditambah senyum napsu duniawi, betapa pedihnya luka akibat penyiksaan, di langit rembulan bersinar tanpa emosi, tak ada lagi sensasi cerita petai hampa, padamu kekasih para dewa, kemana cinta dibuang percuma?

dengan kertas kado bermotif bunga dalam cahaya warna bianglala, malam membungkus sepi, lalu siapa yang masih ingat dongeng sama rata sama rasa, jika bangsamu kenyang disiksa, sampai dimana kemarahanmu?

musim bercinta lewat sudah, mari kita menghitung korban, jangan hanya bicara soal citra halus penebus dosa, sayangilah apa yang ada, jangan takut melampaui batasnya kesabaran, kerna keadilan bukan jatuh dari langit. kuatkan batin melawan rayuan gombal, kekuasaan hanya mencetak pejabat laknat, penguasa memanipulasi rakyat, pemilu sebagai alat menipu, korupsi dilindungi politisi. siapa yang masih percaya pada buaya?

terang bulan

terang di kali

negeri hayalan

juara korupsi

Amsterdam, 21/11/2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun