Mohon tunggu...
heri latief
heri latief Mohon Tunggu... -

penyair

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dipinochetkan?

6 Oktober 2010   20:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:39 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

panggung perpolitikan kita ternyata sebuah pertunjukan sensasi politik yang wangi intrik. politisi berkomplot merancang sandiwara mencekam, penonton tersihir berita sexy di tivi, perang urat syaraf dimulai sejak sebuah komentar dan pengadilan digelar, hati siapa yang bergetar?

taring macan senyum rembulan

sembunyi di balik data intelejen

siapa yang berani dipinochetkan?

sedangkan kontrol pemikiran dari para datuk dunia hitam tetap jalan, politik dan uang bergandengan tangan. diam diam ada 2 macam "uang" beredar di pasaran, persaingan para pemain "uang lama" dan "uang baru" semakin tajam, kerna di masa depan tak ada lagi yang namanya baru, semuanya adalah pengulangan dari cerita kejam: kemanusiaan yang dimanipulasikan.

panggung perpolitikan selalu sesak dikunjungi oleh orang yang mempunya kepentingan berkuasa, di sana mereka pidato sampai mulutnya berbusa, bahwa demokrasi itu hanya hayalan orang yang melupakan kesaktian pengaruhnya uang, kerna uanglah yang mengatur demokrasi, siapa yang tidak punya uang tak bisa ikut berdemokrasi.

oya?!

ya sudahlah, jangan sedih, tulislah sajak.

Amsterdam, 6 Oktober 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun