Mohon tunggu...
Heri Lare grage
Heri Lare grage Mohon Tunggu... Freelancer - simpel dan ingin semua yg dilakukan bermanfaat. Hanya berbagi tak bermaksud menggurui

simpel dan ingin semua yg dilakukan bermanfaat. Hanya berbagi tak bermaksud menggurui Owner heriheryanto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Valentine Itu Basi, Tapi Selamat Hari Kasih Sayang Semua!

14 Februari 2017   14:39 Diperbarui: 14 Februari 2017   14:51 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Susah kalau mata masih "jelalatan" sering berkeliaran. Seakan rasa sayang dan kagum itu diobral tanpa harga. Semua yang menurutnya cantik, ganteng dan menarik, langsung ia sikat dan menjadi incaran. Teringat ungkapan seorang penyair :

Seluruh malapetaka sumbernya berasal dari pandangan…….dan besarnya nyala api berasal dari bunga api yang kecil.

Betapa banyak pandangan yang jatuh menimpa hati yang memandang…..sebagaimana jatuhnya anak panah yang terlepaskan antara busur dan talinya.

Selama seorang hamba masih memiliki mata yang bisa ia bolak-balikan (umbar)……maka ia sedang berada di atas bahaya di antara pandangan manusia.

Menyenangkan mata apa yang menjadikan penderitaan jiwanya…..sungguh tidak ada kelapangan dan keselamatan dengan kegembiraan yang mendatangkan penderitaan.

Kenapa mata saya yang disalahkan sih! Kan salah si A terlalu cantik atau ganteng diciptakan, kan salah si B selalu menebar senyuman,  kan salah si C karena terlalu vokal dalam berkegiatan, kan salah si D terlau pintar diruangan! Hellow, semua kau permasalahkan! Coba tanya hatimu, Apakah itu benar rasa kagum atau rasa sayang! Atau kau anggap cinta sejatimu?! kalaupun itu benar, kenapa kau tebar pada banyak orang? Kalaupun itu benar kenapa kau tak langsung lamar!

Perasaan terhadap lawan jenis adalah wajar (fitrah), tinggal bagaimana kita berseni dalam menyikapi dan mengelolanya. Jangan sekali-kali dituruti jika belum siap pada sikap yang lebih tegas (melamar dan menikahinya)

Meskipun hanya menggoda via pesan instan, memakai nomer rahasia untuk mendekati gebetan, ataupun iseng mengetuk rumahnya dan kabur begitu saja untuk mencari perhatian atau menaruh bingkisan. Atau lirak lirik dan tebar pesona hanya sekedar mengumpulkan nyali dengan alibi menyapa dari kejauhan.

Jika belum sanggup untuk proses yang lebih serius (pernikahan), maka cukup simpan rapat saja perasaan itu.  Semoga Allah membalas simpanan rasa itu dengan balasan terbaik. Karena jika  ia jodoh kita maka, Allah tidak akan memberikannya kepada teman atau kepada ciptaan Allah lainnya. Ini bukan perkara gantle atau gaul tapi justru disinilah sikap jantan seorang lelaki sebenarnya, yang tidak akan pernah menyentuh, mempermainkan dan menggoda wanita yang katanya ia sayang (cinta) tanpa ada proses penghalalan. 

Disisi lain tak ada jaminan bertahun-tahun pacaran, akhirnya ditegaskan dengan janji suci pernikahan. Yang ada hanyalah mempermainkan perasaan. Banyak juga yang berkeyakinan pacaran adalah prosesi saling mengenal, sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan,  dengan harapan pernikahan akan lebih langgeng dan kekal bertahan. 

Kawan, Bukankah kita juga punya saudara wanita? entah itu adik, kakak, ponakan atau hanya sebatas sepupu saja. Bagaimanakah perasaan kita jika saudara wanita kita hanya menjadi “mainan” lelaki pecundang yang tak berani serius dengan hubungan?!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun