Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa isengĀ² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengungkap Makna Di Balik Kata Sang Proklamator - " Tuhan Bersemayam Digubuk Simiskin "

8 Januari 2025   23:11 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:11 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkataan Soekarno, "Tuhan bersemayam di gubuk Ā Simiskin,"

Mencerminkan pandangan filosofis yang dalam tentang kemanusiaan, keadilan sosial, dan hubungan antara Tuhan dengan manusia. Dalam konteks ini, ada beberapa lapisan makna yang bisa dianalisis.

  1. Keberpihakan terhadap orang miskin: Perkataan ini menegaskan keberpihakan Soekarno terhadap orang-orang yang tertindas dan hidup dalam kesusahan. Gubuk, sebagai simbol dari kehidupan sederhana dan penuh kekurangan, menjadi tempat yang secara tak terduga berisi kedekatan dengan Tuhan. Soekarno tampaknya ingin menegaskan bahwa Tuhan tidak hanya hadir di tempat-tempat yang dianggap suci atau mewah, tetapi juga hadir di antara orang-orang yang paling menderita. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak diskriminatif dan selalu hadir di tengah-tengah kehidupan manusia, terutama mereka yang paling membutuhkan.

  2. Pemersatu antara spiritualitas dan materialisme: Dalam banyak filosofi, kedekatan dengan Tuhan sering diasosiasikan dengan kesucian dan kehidupan yang terlepas dari dunia material. Namun, Soekarno dalam pernyataannya justru menyatukan keduanya. Miskin secara material tidak berarti miskin spiritual. Dengan demikian, ia menekankan bahwa kekayaan spiritual tidak bergantung pada kekayaan material. Tuhan bersemayam di mana pun ada kemanusiaan dan ketulusan, bukan hanya pada orang yang memiliki kekayaan duniawi.

  3. Protes terhadap ketidakadilan sosial: Kalimat ini juga bisa diartikan sebagai bentuk kritik terhadap sistem sosial yang tidak adil. Soekarno menyatakan bahwa dalam masyarakat yang tidak adil, Tuhan berada bersama mereka yang tertindas, yaitu orang-orang miskin. Hal ini dapat dilihat sebagai seruan moral untuk memperbaiki ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada. Tuhan, dalam pandangan ini, tidak hanya sebagai entitas spiritual, tetapi juga sebagai kekuatan moral yang membela keadilan dan kesetaraan.

  4. Pencarian makna hidup yang lebih dalam: Filosofis lainnya, kalimat ini juga bisa diartikan sebagai ajakan untuk melihat lebih dalam kehidupan manusia. Soekarno menyarankan agar kita tidak hanya melihat kekayaan atau kemewahan dunia sebagai ukuran keberhasilan, tetapi untuk memperhatikan nilai-nilai moral dan spiritual. Gubuk orang miskin, meskipun secara fisik tampak tidak bernilai, justru menjadi tempat dimana kedekatan dengan Tuhan bisa terasa lebih nyata. Ini mengajarkan pentingnya mencari makna hidup yang lebih mendalam, di luar penilaian materialistis.

  5. Penyatuan spiritualitas dengan realitas sosial:Ā Soekarno dalam banyak pidatonya menekankan bahwa pembangunan bangsa harus mencakup aspek sosial dan spiritual. Dengan mengatakan bahwa Tuhan bersemayam di gubuk orang miskin, ia menyoroti bahwa perubahan sosial dan keadilan harus sejalan dengan pemahaman spiritual yang benar. Ini adalah pengingat bahwa kesuksesan bangsa bukan hanya diukur dengan kemajuan ekonomi, tetapi juga dengan kemampuan untuk menjaga keberpihakan terhadap yang lemah dan tertindas.

Secara keseluruhan, pernyataan Soekarno ini menyentuh aspek sosial, moral, dan spiritual dalam kehidupan manusia. Ia mengajak kita untuk lebih menghargai nilai-nilai kemanusiaan, menyadari keberadaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, serta mendukung perjuangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil danĀ sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun