Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa isengĀ² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Harap Tenang Sedang Ujian!

16 Oktober 2024   09:54 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:31 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harap Tenang, Sedang Ujian ! SebuahĀ Renungan Filsafat Menghadapi Lika-Liku Kehidupan.

Kehidupan, bagi sebagian orang, adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan, lika-liku, dan ketidakpastian. Bagi yang lain, kehidupan adalah panggung ujian yang tak pernah berhenti. Setiap langkah yang kita ambil, setiap keputusan yang kita buat, merupakan bagian dari sebuah ujian yang berkelanjutan. Namun, ketika ujian ini datang, kita sering kali merasa tertekan, panik, atau bahkan kehilangan arah. Maka dari itu, kita perlu mengingat pesan yang sederhana: "Harap tenang, sedang ujian"

Dalam filsafat, konsep ujian ini sering dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup dan kebijaksanaan dalam menghadapi penderitaan. Seorang filsuf seperti Epiktetos, dari tradisi Stoikisme, menekankan pentingnya untuk mengendalikan apa yang berada dalam kuasa kita dan melepaskan apa yang tidak. Ketika kita berada di tengah ujian kehidupan, kita dihadapkan pada dua jenis kenyataan: yang dapat kita kendalikan dan yang tidak bisa kita kendalikan. Ketenangan dalam menghadapi kehidupan bukanlah hasil dari menghindari masalah, melainkan dari pemahaman akan keterbatasan kita.

Seperti dalam sebuah ujian formal, tekanan terbesar seringkali datang dari pikiran kita sendiri. Kita takut gagal, takut dihakimi, atau takut kehilangan sesuatu yang berharga. Padahal, jika kita merenung lebih dalam, sebagian besar ketakutan itu bersifat ilusi. Filsuf Jean-Paul Sartre, yang menganut eksistensialisme, pernah mengatakan bahwa "manusia dikutuk untuk bebas." Ini berarti, meskipun kita dihadapkan pada situasi yang sulit, kita selalu memiliki kebebasan untuk memilih bagaimana bereaksi terhadapnya. Ujian hidup bukan soal menghindari rintangan, melainkan soal bagaimana kita menggunakan kebebasan kita untuk melewati setiap tantangan dengan bijaksana.

Namun, ujian dalam kehidupan tidak hanya soal mengatasi masalah eksternal. Ada dimensi lain yang sering kali lebih menantang: ujian internal. Inilah ujian menghadapi diri kita sendiri---emosi, ambisi, ketakutan, dan harapan. Dalam pandangan filsafat Timur, seperti yang diajarkan oleh Buddha, penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ujian sebenarnya adalah bagaimana kita mampu menyadari sifat sementara dari penderitaan tersebut dan menemukan kedamaian di tengah-tengahnya. Ketika kita mampu berdamai dengan diri sendiri dan menerima kenyataan hidup yang penuh ketidakpastian, maka ketenangan batin akan datang dengan sendirinya.

Harap tenang, sedang ujian. Ini bukan sekadar peringatan, melainkan ajakan untuk merenung tentang makna kehidupan yang lebih dalam. Setiap ujian yang kita hadapi adalah kesempatan untuk tumbuh, bukan hanya dalam pengertian fisik atau material, tetapi juga dalam dimensi spiritual dan intelektual. Ketenangan bukanlah hasil dari ketiadaan masalah, melainkan dari sikap batin yang kokoh dan penuh kesadaran.

Ujian kehidupan adalah cara alam semesta mengajarkan kita tentang diri kita sendiri. Ini adalah kesempatan untuk mempertanyakan nilai-nilai yang kita anut, untuk merenung tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup, dan untuk menemukan kebijaksanaan di tengah kesulitan. Dalam proses ini, kita tidak perlu terburu-buru mencari solusi atau jawaban. Seperti ujian dalam ruang kelas, ada waktunya untuk berpikir, ada waktunya untuk menulis, dan ada waktunya untuk beristirahat. Yang terpenting adalah tetap tenang dan percaya bahwa kita memiliki kemampuan untuk melewati setiap ujian yang datang.

Pada akhirnya, ketenangan adalah bentuk tertinggi dari kebijaksanaan. Ketika kita mampu menerima bahwa kehidupan adalah serangkaian ujian yang tak terduga, kita belajar untuk tidak lagi melawan arus, melainkan mengalir bersamanya. Dan ketika kita berhasil melewati ujian tersebut, kita menyadari bahwa sesungguhnya, hidup ini bukanlah tentang lulus atau gagal, melainkan tentang perjalanan itu sendiri.

Jadi, dalam setiap tantangan yang kita hadapi, mari kita ingat: "HarapĀ tenang, sedang ujian"Ā Setiap ujian adalah pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita dan dunia di sekitar kita. Dengan ketenangan dan kebijaksanaan, kita mampu menghadapi segala lika-liku kehidupan, dan menemukan makna sejati di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun